JAKARTA (voa-islam.com)- Pemerintah diminta untuk hadir ketika melihat kasus yang tak biasa di tengah-tengah masyarakat, semisal kasus dugaan penganiayaan siswi oleh siswi lainnya di Pontianak, Kalimantan Barat. Kehadiran pemerintah penting, dan bernilai memiliki peran signifikan bagi korban, seperti secara kesehatan dan psikologisnya.
Kita miris sekali saat mendapatkan berita ini. Pemerintah dan aparat hukum harus segera bertindak. Apalagi, penganiayaan terhadap AU sudah terjadi pada Jumat 29 Maret 2019 lalu,” demikian kata Syuhelmaidi Syukur, Rabu (10/4/2019) melalui siaran persnya.
Kendati demikian, menurut Presiden Masyarakat Relawan Indonesia (MRI) ini karena korban dan pelaku sama-sama anak di bawah umur, kepada mereka harus diperlakukan sesuai dengan Undang-Undang Perlindungan Anak.
"Tindakan hukum tetap harus berjalan, namun menurut hemat kami, para pelaku harus juga mendapatkan konseling untuk memastikan tak mengulangi perbuatannya di kemudian hari," jelas Syuhel.
Sementara itu, Sekretaris Jenderal MRI Ibnu Khajar menyatakan, tindakan perundungan di kalangan remaja tidak dapat dilihat sebelah mata. Apalagi sudah banyak menelan korban.
"Kita harus melihat ini sebagai persoalan serius. Jangan-jangan kasus ini merupakan fenomena gunung es. Karena banyak kasus korban bullying yang bahkan sampai depresi. Ini berbahaya," tegas Ibnu.
Untuk itu, MRI mengajak semua pihak untuk bersama mengevaluasi sistem pendidikan yang selama ini berjalan. "Beberapa kemajuan di dunia pendidikan perlu kami apresiasi. Tapi bagi kami ada hal penting selain aspek akademis, yakni aspek mental spiritual. Jangan sampai akademisnya digenjot terus, tapi jiwanya kosong dari nilai-nilai spiritual," kata Ibnu.
Efeknya, lanjut Ibnu para pelajar akan mengalami kegamangan dan melampiaskan kegelisahannya pada hal-hal negatif seperti pergaulan bebas, kekerasan, narkoba dan lain sebagainya.
Selain itu MRI juga meminta para orang tua untuk lebih mempererat lagi hubungan dan komunikasi keluarga. Sehingga ketika anak ada persoalan, mereka tidak segan bercerita meminta pendapat dari orang tuanya.
"Kalau perlu arahkan anak untuk ikut kegiatan-kegiatan positif. Misalnya diajak untuk berbagi kepada sesama. Karena menanamkan nilai-nilai kemanusiaan dan kerelawanan kepada anak, bisa jadi penyaluran energi yang di usia remaja sedang meledak-ledak," jelas Ibnu.
MRI Pusat menurut Ibnu, juga sedang berkoordinasi dengan MRI Kalimantan Barat dan MRI Pontianak untuk melakukan tindakan yang diperlukan terkait kasus yang menimpa AU. "Tentunya dalam kapasitas kami sebagai organisasi kerelawanan. Insya Allah tim MRI setempat akan menjenguk adik AU, memastikan semuanya dalam kondisi terbaik," pungkasnya.
Seperti diberitakan sebelumnya, AU, seorang gadis berusia 14 tahun yang merupakan siswi salah satu sekolah menengah pertama (SMP) di Kota Pontianak menjadi korban pengeroyokan oleh sejumlah siswi dari berbagai SMA di Bumi Khatulistiwa itu. Akibat kekerasan yang dialaminya, AU harus dirawat intensif di Rumah Sakit Promedika.
Peristiwa ini memicu keprihatinan warganet, mereka kemudian membuat petisi, selain itu tanda pagar #SaveAudrey juga menjadi trending topik di sosial media.
(Robi/voa-islam.com)