View Full Version
Ahad, 08 Feb 2015

Pak Jokowi, Katanya Pro-rakyat, Kok, Malah Pro-Ton?

JAKARTA (voa-islam.com) - Kesepakatan PT Adiperkasa Citra Lestari milik AM Hendropriyono dengan perusahaan otomotif Malaysia Proton Hodlings Berhard untuk memproduksi mobil yang disebut-sebut akan dijadikan mobil nasional (mobnas) Indonesia, karena penandatangannya disaksikan oleh Jokowi dan masuk dalam rangkaian kunjungan kenegaraan menjadi bahan olok-olok di media sosial internet.

Salah satunya ada yang menulis “Kataknya pro-rakyat, kok malah Pro-Ton?” Namun, ada juga yang serius, walau tetap dengan berkelakar, seperti yang dilakukan kader Partai Golkar Indra J Piliang lewat akun Twitter-nya. “Dari tadi saya selancar nyari alamat PT Adiperkasa Citra Lestari punya Bang Hendro di nginternet. Ndak ketemu. Ada yang tahu?” tulisnya.

Hendropriyono sendiri pernah tercatat sebagai Presiden Komisaris PT Kia Mobil Indonesia pada 1999-2001. Tiga tahun sebelumnya, Kia menggandeng PT Timor Putra Nasional milik Tommy Soeharto untuk memproduksi mobnas, dengan nama Timor dan juga Kia Sephia.

“Kalau benar PT Adiperkasa Citra Lestari adalah reinkarnasi dari KIA Mobil Indonesia (ini kerja sama dengan Korea, kan?), bisa ditelusuri jejaknya,” kata Indra lagi.

Tommy Soeharto atau Hutomo Mandala Putra sendiri ikut berkomentar soal itu lewat akun Twitter-nya. "ESEMKA hanya suatu kebohongan jika ternyata Proton akhirnya di tunjuk. Sebaiknya jangan di beri nama mobnas jika masih dikelola negara lain,” tulisnya.

Menurut Tommy, yang harus dipikirkan saat ini sebenarnya adalah memperbaiki jalan yang remuk di mana-mana, bukan saatnya memikirkan mobnas milik negara lain.

Tommy juga menulis: “Kalau serius mengembangkan mobnas, tentu saja harus berani membuat aturan untuk membatasi merek-merek dari negara lain. Pertanyaannya, berani apa tidak? :) Tapi, kalau sebatas mencari modal untuk menutupi tagihan dan mempersiapkan modal untuk audisi 4 tahun yang akan datang, ya, monggo.”

Pada masa ayahnya menjadi presiden, Tommy Soeharto memang pernah mengembangkan mobnas dengan merek Timor (Teknologi Industri Mobil Rakyat), yang bekerja sama dengan perusahaan otomotif asal Korea Selatan, Kia.

Mobil nasional pembuatan dan perakitan mobil ini semuanya dilakukan di Indonesia.

Terlepas dari kontroversinya ketika itu sehingga sampai melibatkan Organisasi Perdagangan Dunia (WTO), program mobnas Timor dibebani sejumlah syarat, antara lain mengenakan merek sendiri serta diproduksi dan menggunakan komponen dalam negeri. Lalu, ada target kandungan lokal mobnas, yang tahun pertama sebesar 20%, tahun kedua 40%, dan tahun ketiga 60%.

Soal syarat diproduksi di dalam kemudian berubah, karena kelahiran mobnas masih terhambat persiapan dan biaya. Maka, syarat tersebut diperluas, yakni mobil yang diproduksi di luar negeri oleh tenaga kerja Indonesia dan memenuhi kandungan lokal sama dengan mobnas buatan dalam negeri. Sebenarnya, kalau menggunakan syarat-syarat itu, Toyota Kijang paling layak disebut mobnas.

Komponen bodi dan mesinnya juga semuanya berasal dari Indonesia. Mesinnya berkapasitas 1200 cc, yang ketika itu digunakan juga oleh Toyota Corolla dan pada masanya merupakan teknologi baru di industri kendaraan buatan Indonesia.

Toyota Kijang diluncurkan pertama kali pada 9 Juni 1975 pada acara Pekan Raya Jakarta 1975. Hadir dalam peluncuran mobil tersebut Presiden Soeharto dan Gubernur DKI Jakarta Ali Sadikin. Mobil ini telah mempunyai total penjualan sampai 1 juta unit sejak peluncurannya pada tahun 1975. Sampai sekarang, Toyota Kijang masih berjaya, yang bahkan penjualan sudah melewati batas negara Indonesia.

Jadi, kalau mau menengok sejarah, sebenarnnya Indonesia punya kemampuan membuat teknologi otomotif lebih maju daripada Malaysia. Bahkan, Indonesia pun sudah dapat membuat pesawat terbang.

Malah, mantan Wakil Presiden Habibie baru saja membuat jenis pesawat terbang baru. Tapi, sebenarnya, yang paling menyakitkan hati dari kerja sama itu adalah momennya yang sangat berdekatan dengan peristiwa penghinaan lewat iklan robot pembersih di Malaysia, yang melecehkan Indonesia dan menghina kemanusiaan. Tapi, memang, ada yang bilang, uang tidak punya kewarganegaraan. [Pur/voa-islam.com]


latestnews

View Full Version