View Full Version
Kamis, 19 Mar 2015

Apa Enaknya Rakyat Hidup di Zaman Jokowi?

JAKARTA (voa-islam.com) - Pasti  rakyat akan merasa sangat 'getun' alias 'gelo' (kecewa) memilih Jokowi. Tak  ada enaknya hidup ini, sesudah Jokowi menjadi presiden. Hidup serba susah. Rakyat kecil semakin menderita lahir dan bathin.

Sejak Jokowi menjadi presiden  orang yang miskin bertambah miskin. Ditimpa oleh kenaikan  berbagai kebutuhan pokok. Sesudah dilantik, pertama Jokowi menjadi presiden langsung menggencet rakyat dengan kenaikan BBM. Dampak sudah dapat diprediksi dari mula. Rakyat semakin megap-megap hidupnya. 

Semua harga-harga kebutuhan pokok naik. Harga beras naik Rp 2000 perliter. Merdeka 68  tahun rakyat hanya bisa makan 'raskin' (beras miskin) yang kutuan dan apek. Harga beras yang agak 'baik'  diatas Rp 12.000.  Inilah yang membuat rakyat semakin menjerit. Tak dapat lagi mereka menikmati hidup.

Betapapun harga beras tinggi yang untung bukanlah petani, tapi parra 'taoke' Cina yang sudah menguasai jaringan distriburi beras. Para taoke Cina  sudah menjadi kekuatan kartel. Sangat berkuasa dari hulu sampai ke hilir. Mereka inilah yang membeli beras saat panen, kemudian ditimbun. Baru dikeluarkan dari gudang, usai panen dengan harga yang mencekik rakyat.

Para 'taoke' Cina inilah yang sekarang menguasai kekuasaan di Indonesia,dan tidak peduli dengan kehidupan rakyat jalata. Mereka terus mengeruk untung demi mendapatkan keuntungan yang berlipat-ganda. Tak pernah ada belas kasihan  di benak mereka terhadap rakyat  jelata. Kendatipun rakyat jelata mati tercekik, akibat kenaikan  kebutuhan pokok.

Sebagian para 'taoke' Cina inilah yang membuat Jokowi menang  dengan dukungan mereka.  Sekarang ini mereka menikmati dengan kekuasaan yang sudah di tangan Jokowi. Mereka dapat melakukan apa saja demi mendapatkan keuntungan.

Selain itu,  penguatan nilai tukar dolar Amerika Serikat terhadap rupiah turut mempengaruhi seluruh sektor, termasuk bisnis angkutan di pelabuhan. Pengusaha bisnis angkutan merasakan melemahnya rupiah memperburuk kondisi perekonomian yang dirasakan melambat setahun terakhir.

Sekarang  ditambah dengan nilai  tukar rupiah  yang terus nyungsep terhadap dollar, dan sudah mencapai Rp 13.400/perdolar. Kondisi ini semakin membuaat terpuruk dunia usaha. Karena barang baku semuanya import. Masih ditambah harga listrik  di Indonesia paling mahal di dunia. Dampak kenaikan dollar itu, semakin membaut ekonomi Indonesia amburadul, terutama dunia usaha. 

Seperti para buruh di  pelabuhan sekarang ini, banyak yang terkena dapat getahnya. "Di Tanjung Perak, kurang-lebih 40 persen unit kendaraan tidak beroperasi. Setiap hari sekitar 4.000 unit tidak mendapatkan muatan," kata Ketua DPC Angkutan Khusus Organda Tanjung Perak Kody Fredy Lamahayu kepada wartawan di sela-sela deklarasi Asian Shippers Alliance (ASA), Rabu, 18 Maret 2015.

Nilai dolar AS yang tinggi, menurut Kody, mengerek harga suku cadang truk yang menggunakan kurs dolar. Di samping itu, ditutupnya ekspor barang tambang membuat aktivitas angkutan truk ikut menurun. "Belum lagi musim hujan mengakibatkan terlambatnya proses pembongkaran di pelabuhan," ujarnya.

Perekonomian yang melambat ini sangat tidak menguntungkan di mata para pengusaha angkutan. Dari total sekitar 8.000 orang sopir dan kernet di Tanjung Perak, sebagian besar tak mendapat upah setiap harinya. 

"Ini membuat mereka malas, karena ketika datang hanya dapat uang makan dan transportasi saja. Tapi nggak dapat upah," kata Kody.

Kody berharap agar pemerintahan Joko Widodo segera mengatasi pelemahan nilai tukar rupiah ini. "Kami mohon kepada pemerintah agar menekan kurs dolar. Juga melancarkan arus barang terutama ekspor dan impor, agar pekerja angkutan di pelabuhan bisa mendapatkan pekerjaan setiap hari," ujar Kody.

Di DKI Jakarta, kehidupan  rakyat  bertambah berat, apalagi ditambah konflik antara Ahok dengan DPRD. Konflik itu  berdampak pula bagi kehidupan PNS DKI, mereka hanya mendapatkan gaji pokok,  sehingga banyak diantara mereka yang 'ngojek', dan bahkan menjual asset mereka, menutupi berbagai kredit dan mencukupi  kehidupan  dan kebutuhan sehari-hari. Begitulah nasib dibawah Jokowi dan Ahok. Getir.

Jokowi hanya bisa menipu  rakyat dengan 'pencintraan' yang sangat absurd. Seperti kunjungan ke Ponorogo  yang  akan memberi 1.300 traktor tangan, dan traktor  itu sudah berjejer saat Jokowi datang.  Tapi, api lacur justru traktor itu, pergi bersama perginya Jokowi.  Rakyat atau petani Ponorogo  hanya bisa 'bengong'. 

Selain itu, sebentar lagi ongkos tranportasi juga akan naik. Seperti kereta api kelas ekonomi, yang selama ini menjadi alat tranportasi rakyat jelata akan naik. Inilah balada kaum jelata hidup di bawah Jokowi.

Usaha-usaha yang dikelola oleh kelas menengah gulung tikar, akibat dollar yang melambung, dan rupiah yang terpuruk. Dibagian lain, barang-barang import dari Cina seperti air bah, membanjiri pasar lokal. Penjajahan benar-benar terjadi oleh kekuatan Cina yang sudah menjarah ekonomi Indonesia. (dimas/dbs/voa-islam.com)


latestnews

View Full Version