View Full Version
Senin, 23 Mar 2015

Hinanya Bangsa Ini Diihadapan Ahok, Seperti Sampah Tak Berharga?

JAKARTA (voa-islam.com) - Buntut perkataan kotor dan kasar dari Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) saat wawancara LIVE di Kompas TV akhirnya Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Pusat menjatuhkan sanksi administratif Penghentian Sementara Segmen Wawancara pada program jurnalistik "Kompas Petang".
 
Surat Sanksi Administratif disampaikan KPI Pusat ke Kompas TV, Senin 23 Maret 2015.
 
Berikut perkataan kasar dan kotor Ahok yang digaTrrisbawahi KPI Pusat saat wawancara langsung di Kompas TV;

“…istri saya mau nerima CSR untuk main di kota tua. Lu buktiin aja nenek lu sialan bangsat gua bilang. Lu buktiin aja. Gue juga udah keki”.

“…lu lawan bini gua kalah lu mati aja lu. Kasih taik aja muka lu”.

“…kalau betul ada suap 12,7 triliun kenapa si DPRD membatalkan lapor ke Bareskrim? Kok goblok sekali lu orang? …kalau ada bukti memang nyuap apa lu laporin dong bego. …bego banget lu gitu lho. …sementara ada bukti gua mau nyuap lu 12,7 triliun, kok lu nggak berani laporin? Gua kuatir lu kemaluan lu punya ga nih? …eh dibalikin ini yang buat suap. Sialan nggak tuh? Makanya gua bilang panggil gua datang ke angket. Kapan lu panggil biar gua jelasin semua.

Gua bukain lu taik-taik semua itu seperti apa. …nggak apa-apa, biar orang tau emang taik gua bilang.... …kalau bukan taik apa? Kotoran. Silakan. Emang taik namanya kok. Emang taik, mau bilang apa. …TV jangan pernah wawancara gua live kalo nggak suka kata gua taik segala macem. Itu bodohnya anda mau live dengan saya…”
 
 
Ini Surat terbuka Mahfudz Siddiq Untuk Ahok

Dalam wawancara live dengan Kompas TV kemarin (18/3), Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) kembali melontarkan kata-kata kasar dan tidak beretika.
 
Wawancara yang dipandu presenter Aiman Witjaksono itu terkait kisruh anggaran APBD DKI. Dan Ahok berulang kali menyebut kata, (maaf) 'tai', untuk menggambarkan kelakuan para anggota DPRD DKI.

Perilaku Ahok yang kurang beretika ini, mendapat tanggapan dari kalangan parlemen. Ketua Komisi I DPR Mahfuz Sidik sampai-sampai harus menyampaikan  Surat Terbuka kepada Gubernur DKI Jakarta Ahok.

Pak Gubernur Yth.Perkenalkan, saya adalah seorang warga Jakarta. Saya lahir dan besar di Jakarta, begitupun orang tua dan Kakek-Nenek saya. Selama hampir 50 tahun saya ikuti kiprah para gubernurnya dan ikut peduli membangun daerah ini.

Sebagai warga saya punya harapan besar setiap Gubernur DKI Jakarta menjadi pemimpin yang sukses, dan menjadi kebanggaan serta panutan semua warganya.

Namun Saya sangat terusik ketika seringkali menyaksikan Bapak di televisi tampil bicara dengan menggunakan bahasa yang sangat tidak santun dan bahkan beberapa kali mengeluarkan kata-kata kasar dan kotor. 

Bapak sebagai Gubernur menggunakan kosa kata yang sering saya dengar saat anak-anak sedang bertengkar dan saling mengumpat.

Pada awalnya saya coba memahami mungkin Bapak sedang marah dan kesal. Namun perilaku ini sering berulang dan semakin hari kata-kata yang Bapak gunakan semakin kasar dan kotor.

Pak Gubernur, puncak kegundahan dan kekecewaan saya muncul saat menyaksikan wawancara Bapak pada salah satu stasiun TV. Meski di awal pembawa acara sudah mengingatkan Bapak bahwa acara tersebut disiarkan langsung, ternyata lagi-lagi kosa kata kasar dan kotor keluar dari mulut Bapak, Sang Gubernur DKI Jakarta.

Ibu saya yang sudah sepuh ikut menonton siaran itu tak henti beristighfar. Saya tidak tahu apa reaksi jutaan warga masyarakat yang ikut menonton, bukan hanya di Jakarta tapi di seluruh Indonesia.

Pak Gubernur Yth.
Apakah Bapak tidak menyadari bahwa sekian juta masyarakat Indonesia menyaksikan acara tersebut?Apakah Bapak tidak mengingat bahwa sosok Gubernur adalah seorang yang dijadikan panutan oleh masyarakat Jakarta? Termasuk sekian banyak anak-anak dan remaja yang butuh pembelajaran dan keteladanan yang baik?

Pak Gubernur Yth.
Bangsa kita saat ini, terutama generasi mudanya sedang mengalami krisis moral. Perilaku yang tidak lagi saling menghormati dan menyayangi sesama, perilaku saling memperolok dan menyakiti serta kebiasaan menggunakan kata-kata kasar dan kotor. Saya meyakini untuk memperbaiki kondisi ini kita harus memberikan contoh dan teladan baik, khususnya dari para pemimpinnya.

Apa jadinya jika anak-anak, remaja dan generasi muda kita melihat bahwa pemimpinnya sendiri berbicara dengan tutur kata yang tidak sopan dan bahkan tidak segan mengeluarkan makian kasar di depan umum.

Saya sangat menghormati Anda Pak Gubernur sebagai pimpinan masyarakat Jakarta. Saya akan dukung penuh program nyata Bapak yang baik. Saya juga dukung penuh jika Bapak ingin membersihkan praktek curang dan korup. Namun sekali lagi lakukan itu dengan cara yang baik.

Terakhir Pak Gubernur. Kebetulan pekerjaan saya mengharuskan saya berinteraksi dengan banyak tokoh dan pemimpin di berbagai negara. Ternyata mereka pun memberi perhatian terhadap berita-berita media menyangkut kiprah Bapak. 

Dengan kerendahan hati saya berharap suara warga ini sampai dan Bapak mau dengarkan. 'Sebaik-baik manusia adalah yang mau mendengarkan perkataan, dan mengikuti apa-apa yang baik.'

Salam hormat,
Mahfudz Siddiq
Jl Mampang Prapatan No 43 - Jakarta Selatan
 
 
Begitulah Ahok. Bersikap dan bertutur. Seandainya, Ahok tidak 'ndompleng' Jokowi, dan  didukung media maintreams, terutama kalangan palangis (Kristen), seperti Kompas, mungkin tak pernah ada Ahok dalam deretan nama gubernur DKI. Sekarang begitu pongahnya Ahok.
 
Memang, bangsa ini hidupnya sudah dikangkangi Cina, dan kaum pribumi menjadi hina-dina. Lihat 10 orang terkaya Indonesia adalah Cina. Menguasai seluruh sektor ekonomi Indonesia. Sehingga, mereka bisa menjajah dan memperbudak bangsa Indonesia.
 
Apakah mereka memang orang yang 'hebat? Tidak. Mereka secara ekonomi berkuasa sekarang ini, hanya karena para pejabat Indonesia yang lemah. Mudah disogok oleh Cina.
 
Bangkitlah kaum pribumi dan bangsa Indonesia! Bebaskan  negeri ini dari penjajahan dan perbudakan Cina. Jika Vietnam dan Fiji bisa membebaskan negaranya dari penjajahan dan cengkeraman Cina, mengapa bangsa Indonesia tidak bisa? Bangkitlah melawan  penjajah dan perbudakan Cina!
 
(abimontrono anwar/dbs/voa-islam.com)

latestnews

View Full Version