JAKARTA (voa-islam.com) - Ketika banyak elite pendukung pasangan Joko-JK mendapat posisi empuk di berbagai badan usaha milik negara, pendukung dari kalangan wong cilik justru mendapat “hadiah” kenaikan harga berbagai komoditas, termasuk kenaikan harga bensin Premium lagi pada Sabtu ini (28/3).
“Wajar jika banyak pendukung Jokowi marah dan menjadi antipati terhadap pemerintahan sekarang. Apalagi, sudah lebih dari empat bulan, pemerintah sekarang belum menunjukkan kerja yang berarti bagi rakyat banyak. Lebih banyak blunder-nya daripada jumlah kerja yang diselesaikan untuk menyehjaterakan rakyat, terutama rakyak kecil. Apa kabar itu kartu kera sakti?” ujar pengamat politik dari Zoon Politikon, Fahmi Andriansyah, Sabtu dini hari, menjelang pukul 01.00 WIB, ketika menyaksikan aksi mahasiswa yang berdemonstrasi di Cikini, Jakarta Pusat.
Memang, sejumlah mahasiswa melakukan unjuk rasa untuk menentang kenaikan harga bensin Premium dan solar yang kembali dinaikkan oleh pemerintah mulai Sabtu ini. Harga bensin Premium dari Rp 6.800 per liter menjadi Rp 7.300 per liter, sementara harga solar dari Rp 6.400 menjadi Rp 6.900.
“Saat ini negara tidak hadir lagi untuk rakyat. Rezim yang kehilangan nurani dan rakyat,” ujar salah seorang mahasiswa itu.
Di depan Rumah Sakit Carolus, Salemba, Jakarta Pusat, sejumlah mahasiswa juga melakukan demontrasi. Dalam aksinya, mereka membakar ban bekas.
Aksi serupa juga dilakukan sejumlah mahasiswa di Yogyakarta. Mereka melakukan aksi di pertigaan Kampus Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, Jalan Adisucitpo, sambil membakar ban juga.
“Presiden kita sudah meninggal hati nuraninya. Kami menentang kenaikan harga BBM,” kata Ucok, koordinator aksi itu.
Mahasiswa itu juga menerikkan kemarahan mereka atas kinerja Joko yang tak mampu menyejahterakan rakyat.
“BBM naik, harga pokok akan naik, rakyat makin susah. Kami menuntut Jokowi turun karena tidak bisa menyejahteraan rakyat,” kata Ucok lagi.
Demonstrasi pada dini hari untuk menentanga kenaikan harga bahan bakar minyak juga pernah dilakukan sejumlah mahasiswa di berbagai daerah pada November 2014 lalu. Mahasiswa yang menamakan diri Gerakan Mahasiswa Perlawanan, misalnya, melakukan aksi unjuk rasa dini hari di depan kampus IAIN SMH Banten. Begitu pula mahasiswa di Makassar. (Ton/Fazin/Nugroho/Pur/pribuminews/voa-islam.com]