JAKARTA (voa-islam.com) - Heboh polisi lalu-lintas yang memarahi sopir bus TransJakarta dan membela pengendara sepeda motor yang jelas melanggar aturan ditanggapi kritis oleh Hutomo Mandala Putra atau Tommy Soeharto. Putra bungsu mantan Presiden Soeharto itu mengatakan lewat akun Twitter-nya pada Kamis malam (26/3) bahwa peristiwa itu hanyalah pengalihan isu.
“Polisi tilang sopir busway? Ah, Itu hanya pengalihan isu, sudah diatur. Maklum si pengendara sepeda motor juga anggota. #TipuanSampah :)” tulis Tommy. Menurut Tommy, mana ada polisi waras mau berbuat konyol seperti itu di depan masyarakat terpelajar.
Yang tak kalah lucunya adalah yang menimpa penyair Saut Situmorang. Sang penyair dituduh telah mencemarkan nama baik seseorang dan ia pun “dijemput” polisi Jakarta dari rumahnya di Yogya untuk dimintai keterangan di Jakarta. Tidak ada seorang pun polisi Yogyakarta yang ikut dalam “penjemputan” Saut itu.
Sementara itu, aktivis Komunitas Salihara yang katanya juga penyair, Sitok Srengenge, selama berbulan-bulan sampai sekarang masih berkeliaran bebas meski telah menjadi tersangka dalam kasus pencabulan seorang mahasiswi Universitas Indonesia. Sitok juga telah mengakui perbuatannya menghamili mahasiswi itu, walaupun ia mengatakan hubungan itu dilakukan atas dasar suka sama suka.
Lain lagi di Banten. Seorang nenek berusia 67 tahun, Masiah namanya. Masiah telah ditetapkan sebagai tersangka pengeroyokan terhadap cucunya sendiri. Yang melaporkan pun cucunya itu. Dan, tanpa dimintai keterangan, Masiah langsung ditetapkan sebagai tersangka oleh aparat Kepolisian Ciledug, Kota Tangerang. Anehnya, Kepala Polsek Ciledug Kompol Imam Santosa mengaku belum menerima laporan kasus yang menimpa Masiah itu.
So? Tentu saja, negara ini membutuhkan aparat hukum yang benar-benar memahami hukum dan gigih memperjuangkan keadilan meski langit akan runtuh. Karena, di tangan merekalah sebenarnya kualitas demokrasi dipertaruhkan. [pur/pribuminews/voa-islam.com]