View Full Version
Sabtu, 04 Apr 2015

Mahasiswa dari Berbagai Daerah Terus Bergerak, Tuntut Jokowi Turun

JAKARTA (voa-islam.com) - Mahasiswa di berbagai daerah terus melakukan aksi unjuk rasa memprotes pemerintahan Jokowi-JK. Pada Kamis kemarin (2/4), misalnya, mahasiswa dari berbagai universitas di Sumatera, yang tergabung dalam Perhimpunan Organisasi Profesi Mahasiswa Sosial Ekonomi Indonesia (Popmasepi) Wilayah I Sumatera, berunjuk rasa di depan Kantor Gubernur Riau, Pekanbaru. Mereka mendesak Jokowi turun dari jabatannya karena dinilai tidak pro-rakyat.

Hal yang sama juga dilakukan mahasiswa dari Universitas Trunojoyo Madura (UTM), Jawa Timur. Sebagai protes atas kenaikan harga bensin Premium dan solar, sebagian besar dari mereka melakukan aksi mendorong sepeda motor di Jalan Soekarno-Hatta, Bangkalan, menuju gedung DPRD, yang jaraknya relatif jauh.

“Kebijakan Presiden Jokowi tidak konsisten sehingga rakyat menjadi kebingungan. Dampak dari ini semua membuat rakyat menjerit karena perekonomian runtuh. Mengapa presiden masih plin-plan dalam mengelola negara ini?” teriak Bahiruddin, koordinator aksi itu, dalam orasinya.

Mahasiswa di Makassar, Sulawesi Selatan, juga berdemonstrasi di hari yang sama. Mereka menggelar aksinya di depan kantor DPRD Sulawesi Selatan, Jalan Urip Sumoharjo. Lalu, mereka bergerak ke kantor Pertamina Marketing Operation Region VII di Jalan Garuda.

Lucunya, entah karena tidak pernah mengikuti berita atau ingin buang badan, pihak Pertamina yang diwakili Retail Fuel Manager I Umar Chotib menjelaskan ke para mahasiwa itu bahwa kenaikan harga bensin Premium dan solar sudah disetujui DPR RI. Padahal, seperti diketahui, Jokowi tidak pernah membicarakan kenaikan harga itu dengan DPR.

Akhirnya, mahasiswa pun mendesak Umar Chotib untuk ikut menyatakan penolakan secara pribadi terhadap kenaikan harga bensin Premium dan solar. Namun, Umar berkelit bahwa posisinya sebagai pegawai tidak bisa menyampaikan pernyataan secara pribadi. Mendengar alasan itu, mahasiswa pun meneriakkan “huuu…” kepada Umar.

Sebelumnya, pada 27 Maret 2015, mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di Jawa Timur juga turun ke jalan. Mereka menggelar aksi rapor merah untuk Jokowi di depan Gedung Grahadi Surabaya, Jalan Gubernur Suryo.

“Kami di sini ingin mengingatkan Jokowi atas kerjanya sejak dilantik sebagai presiden. Selama 168 hari, kebijakan-kebijakan yang diambil Jokowi tidak pro-rakyat. Tidak seperti janji-janjinya yang tercantum dalam Nawacita-nya,” kata salah seorang orator.

Pada 27 Maret itu juga, mahasiswa Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Solo, Jawa Tengah, menggelar aksi demonstrasi di Bundaran Kartasura, Sukoharjo. Mereka berjanji akan melengserkan Jokowi dan membawa pulang ke Solo jika Jokowi tidak menepati janji-janjinya.

“Jokowi harus merealisasi janjinya saat berkampanye dulu. Saat ini banyak program dan kebijakan Jokowi yang tidak pro-akyat dan cenderung menyengsarakan rakyat. Kami siap membawa pulang Jokowi ke Solo jika gagal,” kata salah satu mahasiswa saat berorasi.

Tanggal 23 Maret 2015, Aliansi Badan Eksekutif Mahasiswa Seluruh Indonesia Kalimantan Barat pun menggelar aksi di Bundaran Degulist, Jalan Ahmad Yani, Pontianak. Ada lima tuntutan mereka, yakni turunkan harga bahan pokok, stabilkan ekonomi nasional, akuisisi 100% aset Blok Mahakam, negoisasi ulang kontrak Freeport, dan menyelesaikan kasus korupsi.

Tanggal 20 Maret 2015, Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Indonesia dan Ikatan Alumni Lintas Almamater di Indonesia menggelar rapat akbar di kampus Universitas Indonesia di Salemba. Ribuan mahasiswa mengikuti rapat akbar ini.

“Jika jaket kuning sudah turun, berarti ada yang salah dengan negeri ini,” kata Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Indonesia, Andi Aulia Rahman.

Dalam kesempatan yang sama, Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universita Indonesia, Tata Kurniawan, berorasi;

”Jika Bapak melakukan suatu keputusan yang tidak adil, Bapak akan berhadapan dengan kami, warga Indonesia yang marah.”

Tanggal 19 Maret 2015, Badan Eksekutif Mahasiswa Institut Pertanian Bogor, Jawa Barat, juga melakukan aksi unjuk rasa di depan Kantor DPRD Kota Bogor dan depan Istana Bogor.

“Kami beri waktu sampai tanggal 20 Mei 2015 bertepatan dengan hari Kebangkitan Nasional agar Jokowi memperbaiki keadaan negara. Jika tidak, peristiwa 1998 bakal terulang. Aksi kali ini merupakan awal ultimatum kepada Presiden Jokowi,” kata Koordinator Aksi, Mochamad Afif Azhar.

Tanggal 16 Maret 2015, mahasiswa di Bandung berdemonstrasi di depan kantor Gubernur Jawa Barat di Gedung Sate, Bandung. Tuntutan mereka sama dengan para mahasiswa dari berbagai daerah lain.

Mahasiswa Indonesia memang punya beban sejarah sebagai agen perubahan sosial dan politik. Jadi, wajar jika mereka bersikap kritis terhadap pemerintahan, apalagi pemerintahan yang membuat sengsara rakyat banyak. Dan, seperti terlihat dari tuntutan mereka dalam berunjuk rasa, mereka menilai pemerintahan Joko-JK sudah membuat rakyat banyak sengsara. [pribuminews/voa-islam.com]


latestnews

View Full Version