View Full Version
Sabtu, 04 Apr 2015

Setara Institut: Dimensi Ideologis Siswa Tidak Menyukai ISIS karena Bertentangan Dengan Agama

JAKARTA (Voa-Islam.com)- Lembaga survey Setara Institut memaparkan hasil rilis tentang persoalan terciptanya daya pikir radikal, teroris, dan semacamnya beberapa hari yang lalu. Lembaga ini mengatakan bahwa terjadinya tindakan demikian tidak saja dilatarbelakangi di “lingkungan” dunia intenet saja, melainkan di dalam dan luar sekolah pun bisa terjadi. Salah satunya yang sangat riskan disebut oleh lembaga ini adalah kegiatan ekstrakurikuler di sekolah.

“Pengaruh bisa juga terjadi di sekolah. Melalui buku, dan kegiatan ekstrakurikuler,” kata salah satu penyampai di Setara Institut pada waktu beberapa waktu lalu di Jakarta Selatan.

Survey ini juga menyebutkan mengapa sekolah bisa menjadi “sarang” pemikiran radikal dan semacamnya. Salah satu alasan yang dikemukakan dan paling mendasar ialah pengaruh kurikulum serta cara didik guru di sekolah. Selain itu, kegiatan esktrakurikuler pun menyumbangkan perilaku setiap siswa karena kegiatan ini bisa dikatakan sangat sensitif untuk membentuk kepribadian siswa.

“Termasuk guru, dan kegiatan ekstrakurikuler (kegiatan di luar sekolah) yang mampu ‘mencetak’ pemikiran siswa,” tambah salah satu pemibicara.

Namun demikian, Setara Institut mengakui untuk ke semuanya itu tidak bisa dikatakan telah valid. Karena ia beralasan bisa saja kondisi tersebut berubah, yang misalnya saja guru agama dan orang tua lebih berperan besar terhadap sikap dan perilaku anak didiknya. “Belum tentu benar mutlak atau valid jika guru, terutama guru agama dan orangtua berperan secara signifikan,” tambahnya.

Perlu diketahui, dasar lembaga survey Setara Institut melakukan analisa ini karena sebelumnya telah tersiar kabar bahwa ada siswa yang berpikiran ‘radikal’ atau menyimpang dan intoleran dari perilaku umumnya. Lantas lembaga ini melakukan survey ke sekolah-sekolah. Sampel sekolah yang digunakan oleh Setara Institut sebanyak 114 sekolah dengan jumlah 76 sekolah di Jakarta, dan 38 sekolah di Bandung. Dan ke semuanya adalah sekolah-sekolah yang tidak berbasis agama. 

Dari hasil yang diperoleh oleh lembaga ini sebagaimana tertulis dalam rilisnya, maka kemudian lahirlah beberapa ketegori atau dimensi yang sesuai dengan pola pikir siswa. Di antaranya ada dimensi Pengetahuan Siswa, Dimensi Sosial Politik, dan terakhir adalah Dimensi Ideologis. Khusus Dimensi Ideologis, ada yang menarik didapatkan oleh lembaga ini. Misalnya saja tanggapan siswa mengenai kelompok ISIS. Di mana hampir seluruh siswa yang diteliti menyatakan ketidaksukaannya terhadap kelompok tersebut karena dinilai tidak sejalan dengan ajaran agama. (Robigusta Suryanto/Voa-Islam.com)


latestnews

View Full Version