View Full Version
Ahad, 12 Apr 2015

Dirjen Multilateral Kemenlu RI: Teroris Muncul Akibat Kebijakan Negara-negara Barat

JAKARTA (voa-islam.com)- Direktur Jendral (Dirjen) Multilateral Kemenlu RI Mr. Hasan Kleib menyatakan bahwa stigma teroris yang acapkali melekat di kalangan umat dan agama Islam beberapa tahun belakangan ini terjadi karena ulah Negara-negara Barat di dalam membuat kebijakan, terutama menyangkut kebijakan luar negerinya. Di mana setiap kali Barat membuat dan mengambil kebijakan selalu saja substansinya jauh dari kata tidak adil, termasuk Indonesia yang menjadi korban.

“Irak, Afganistan, Palestina, dan termasuk juga Indonesia adalah salah satu dari sekian banyaknya korban ketidakadilan dari Kebijakan Negara-negara Barat,” ucapnya saat menjadi pembicara di Pengajian Bulanan PP Muahammadiyah yang bertemakan ‘Ideologi dan Gerakan ISIS: Bagaimana Menyikapinya?’ Jum’at (10/04/2015), di gedung PP Muhammadiyah, Menteng, Jakarta Pusat.

Misal, salah satu indikasinya adalah saat di mana Negara Barat membuat kebijakan akan tetapi selalu dan lebih sering berbenturan terhadap apa yang diinginkan serta dicita-citakan penduduk lokal yang menghasilkan pro dan kontra. Akibatnya terciptalah multitafsir di kalangan Barat dan terlebih di kalangan penduduk lokal. Sehingga menurutnya wajar jika yang terjadi selama ini lebih banyak menghasilkan perlawanan. Namun tidak bagi Negara Barat, terutama Amerika yang justru menyebutnya sebagai pemberontak atau “teroris”.

“Penyebabnya lebih karena dari cara pandang. Sebut saja Hamas, Gaza, Afganistan, Irak, dan Indonesia. Semua Negara ini melakukan perlawanan, dan diakui pula sebagai pejuang oleh masyarakat setempat atau penduduk lokal. Namun tidak bagi Negara Barat atau Amerika yang justru menamakannya sebagai pemberontak, atau lebih dikenal dengan sebutan teroris,” sebutnya.

Bicara “teroris”, ada yang menarik bagi Kleib perihal kata ini (baca: terorisme). Kleib, misalkan saja ia menyebut mengapa Negara Barat atau Amerika begitu mudah memberikan nama “pejuang” sebagai “terorisme”. Selain itu ia juga mengatakan mengapa Barat selalu sentimen dengan sebuah agama, suku atau etnik, dan bangsa, bahkan nama yang berbau tertentu, misalkan Arab. Padahal selain cara pandang dan atau cara melihat yang berbeda, menurutnya kata “terorisme” hingga saat ini belum juga ada definisi dan juga identifikasi serta pengertian yang jelas. Begitupun Ia menyebut secara universal.

“Padahal di dalam resolusi PBB, semua tindakan yang dicap sebagai ‘terorisme’ telah membuahkan kesepakatan, bahwa agama, suku atau etnik, bangsa, dan juga sebuah nama tidak ada hubungannya sama sekali dengan aksi-aksi ‘teroris’. Begitu juga dengan kata ‘terorisme’ yang hingga saat ini belum ada pengertian dan identifikasi yang jelas secara universal,” jelasnya.

Hasan Kleib tidak hadir sendiri sebagai pembicara. Terlihat pula Luthfi Zuhdi dari Pusat Kajian Tim-Teng UI, dan Mustafa B Nahrawardaya dari Majlis Pustaka Indonesia PP Muhammadiyah. (Robigusta Suryanto/voa-islam.com)


latestnews

View Full Version