View Full Version
Sabtu, 09 May 2015

Pengamat: Liberalisasi Ekonomi Tercipta Dari Asing, Dibantu Penghianat Bangsa

JAKARTA (Voa-Islam.com)- Merasakan susahnya melawan penghianat atas bangsa sendiri saat ini adalah kenyataannya. Di mana yang biasa terlihat publik nasionalis, ternyata itu hanyalah kamuflase agar masyarakat simpati. Demikianlah apa yang disampaikan Pengamat Kebijakan Publik Icsanuddin Noersy kemarin (08/05/2015) di Jakarta Pusat, DKI Jakarta.

Noersy yang menjadi salah satu dari tiga pembicara mengatakan hal tersebut dapat terjadi di mana saja, termasuk faktor ekonomi, yang elit-elit banyak bermain. Mereka, Noersy sebut sebagai para penghianat dan sekaligus penghancur bangsa.

“Mereka (para penghianat) liberalisasikan ekonomi Indonesia. Saya merasakan bagaimana melawan penghianat bangsa,” tegasnya.

Noersy menyebut mereka sebagai salah satu perusak ekonomi yang dialami Indonesia. Mulai dari dari era alm. Soeharto hingga Joko Widodo. Namun “keberhasilan” mereka (para penghianat) bukan karena bekerja dan atas kehendak sendiri, melainkan ada yang mem-backup.

“Pada saat zaman alm. Soeharto, jatuh karena intervensi Amerika. Diintervensi habis-habisan ekonomi kita pada waktu itu. Saat ini pun sama, tapi beda Negara. Yakni China. Mereka bermain  di sekitar infrastruktur Indonesia,” jelasnya. Oleh China, Noersy mengatakan pengerjaan infrastruktur diserahkan hampir semuanya. Disapu bersih oleh bangsa negeri ‘bambu’ tersebut.

Untuk era saat ini, masa reformasi, Noersy mengkritik keras Jokowi atas kebijakan ekonominya. Ia mengatakan bahwa apa yang dilakukan untuk masa sekarang tidaklah sesuai apa yang dicita-citakan atau yang dijanjikan oleh presiden Joko Widodo.

Sebagai contohnya ia menyeburtkan slogan Trisakti Jokowi yang dinilainya hanyalah polesan manis bibir Jokowi saja. Sebab, hingga saat ini justeru ia melihat tidak ada perubahan sama sekali, terutama untuk sektor ekonomi. Begitu juga dengan DPR RI yang menyepakati apa yang diputuskan pemerintah.

“Trisakti Jokowi hanya nempel di bibir. DPR RI pun menyetujuinya dengan dasar PP No. 79,” katanya.

Seharusnya, peristiwa demi peristiwa dapat dilihat oleh pemerintah, terutama yang terkait dengan faktor ekonomi yang biasanya pasti dipengaruhi proses kebijakannya oleh politik. Misalnya saja, ia mengatakan pemerintah harus lebih mewaspadai Amerika melalui World Bank-nya. Agar di kemudian hari Indonesia tidak dihina terkait ekonomi.

“Tidak ada peristiwa harga dunia yang tidak dipengaruhi politik. Contohnya pada Februari tahun ini, Obama sudah menyatakan ‘bermain’ pada ekonomi dunia. Pernah The Economics menyebut ekonomi Indonesia sebagai ekonomi comberan,” terangnya. Maka ia menyebut peristiwa tersebut sebagai ‘Regulasi Energi dan Perang Ekonomi’ yang harus dilawan agar Indonesia tidak dipermalukan kembali.

Icsanuddin Noersy hadir sebagai pembicara. Dengan tema “Adakah Harapan di Tengah Oligarki Pengelolaan Migas”, Noersy menjadi pembicara kedua setelah Salamudin Daeng. Hadir pula politisi PDIP yang juga Anggota DPR RI Komisi VII Effendi Simbolon. (Robigusta Suryanto/Voa-Islam.com)


latestnews

View Full Version