JAKARTA (voa-islam.com) - Media 'mainstream' yang dulu mengagungkan Jokowi, sekarang membuka kedok tokoh 'jadi-jadian' itu. Misalnnya, Tempo, tak malu lagi, menggunduli Jokowi, melalui Tjipta Lesmana, bahwa Jokowi itu hanyalah 'presiden survey'. Betapa malangnya bangsa ini dipimpin oleh presiden yang hanya hasil 'survei'.
Seperti dituturkan oleh guru besar komunikasi politik Universitas Pelita Harapan, Tjipta Lesmana, membandingkan Presiden Joko Widodo dengan enam Presiden Indonesia sebelumnya. Menurut dia, Jokowi tak memiliki bekal apa pun untuk menjadi presiden, kecuali dari hasil survei.
"Jokowi is leader by survey. Dia tak modal apa-apa kecuali itu," ucap Tjipta dalam diskusi buku karya politikus Golkar, Bambang Soesatyo, di Jakarta, Ahad, 10 Mei 2015.
Tjipta mengatakan karakteristik Jokowi sangat berbeda dengan Presiden Indonesia sebelumnya. Misalnya, Presiden Indonesia pertama Sukarno merupakan presiden yang tumbuh karena nasionalisme dan jasanya mendirikan negara. "Soekarno is leader by nation," ujarnya.
Presiden Indonesia kedua Soeharto memimpin karena krisis. "Dia ada karena krisis gerakan 30 September dan krisis berikutnya," tutur Tjipta.
Presiden Bacharuddin Jusuf Habibie, kata Tjipta, adalah tipe presiden yang diangkat karena konstitusi. Habibie diangkat untuk menggantikan Soeharto, yang mengundurkan diri dan telah menjabat selama 32 tahun.
"Selanjutnya, Gus Dur (Abdurrachman Wahid) adalah leader by accident," ucapnya. Megawati Soekarnoputri termasuk pemimpin yang diangkat karena konstitusi. Sedangkan Susilo Bambang Yudhoyono dinilai sebagai presiden yang diangkat karena profil ketokohannya.
Menurut Tjipta, presiden yang naik takhta karena survei rentan diintervensi. Pada pemilihan presiden tahun lalu, Jokowi memang selalu unggul dalam beberapa gelaran survei. Para pendukung Jokowi bergerak melalui media sosial.
"Dia tak punya partai dan duit, jadi dukungan itu tak ada yang gratis," ujarnya. Salah satu dampak intervensi tersebut adalah desakan rakyat agar Jokowi merombak kabinetnya.
Tjipta meminta Jokowi mengganti menteri dengan tokoh yang paham program Nawacita. "Kalau tidak, akan ada reshuffle berikutnya, dan kami prediksi Jokowi jatuh," tuturnya.
Pantas nasib bangsa Indonesia semakin terpuruk dan hancur, akibat pemimpin abal-abal, jadi-jadian, dan tak tahu apa-apa, kecuali blusukan yang tak dapat mengubah apapun kehidupan rakyat. Kecuali hanya penderitaan. Anehnya rakyat kok masih betah dipimpin Jokowi? [putriadyiowati/tmp/voa-islam.com]