JAKARTA (voa-islam.com) - Mahasiswa yang tergabung dalam Badan Eksekutif Mahasiswa Seluruh Indonesia (BEM-SI) terlibat saling sindir dengan pihak GPII dan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (GPII IMM) ketika pihak BEM SI mengajak Luhut Binsar Panjaitan naik ke atas mimbar orasi BEM SI, Kamis (21/05/2015) di depan Istana Negara Jakarta.
Jika BEM SI berorasi pada poin-poin kembalikan subsidi BBM, soal kontrak migas dan faktor kepemimpinan Jokowi - JK yang dinilai pro asing, beda halnya dengan GPII dan IMM yang menyebutnya sebagai 'Aliansi Tarik Mandat' pada pemerintah Jokowi Jk.
Pihak Aliansi Tarik Mandat yang digelorakan GPII dan IMM ini menilai pemimpin bangsa hari ini meghambakan diri kepada para korporat, menjual sumber daya alam dan memiskinkan rakyatnya sendiri, sehinga aliansi mendesak agar Jokowi mundur dari jabatan Presiden Republik Indonesia.
Bagi GPII dan IMM demo yang dihelat pada hari Kamis ini adalah kali kedua, setelah sehari sebelumnya juga menggelar aksi serupa yang menuntut Jokowi - Jk mundur dari jabatannya.
Dari pantauan awak redaksi Voa-Islam di lapangan Monas, depan Istana Negara Jakarta ini kentara perbedaan orasi antara BEM SI dan GPII IMM ini. Jika orasi BEM SI masalah subsidi BEM, kontrak minyak dan faktor ekonomi, sedangkan aksi GPII IMM ini lebih kepada kedaulatan bangsa yang menggadaikan harga diri pada komprador asing dan mendesak agar Jokowi lengser.
GPII IMM seperti yang disampaikan dalam pers rilisnya menilai, dalam hal kepemimpinan Presiden Jokowi 'tidak merdeka', dalam mengambil kebijakan strategis bangsa tidak lepas dari kepentingan elit politik dan para korporat. Jika Presiden 'tidak merdeka' jangan harap Indonesia merdeka 'seutuhnya'.
Jika orasi BEM SI masalah subsidi BEM, kontrak minyak dan faktor ekonomi, sedangkan aksi GPII IMM ini lebih kepada kedaulatan bangsa yang menggadaikan harga diri pada komprador asing dan mendesak agar Jokowi lengser.
Perbedaan haluan orasi semakin nampak manakala Luhut Panjaitan, pada pukul 17.50 wib sesaat setelah adzan maghrib berkumandang di Jakarta, keluar bersama puluhan perwakilan BEM SI keluar dari Istana Negara ditemani Luhut Binsar Panjaitan dan staf, nampak dalam barisan Andy Widjayanto.
Kemudian aksi makin ricuh ketika Luhut Panjaitan naik ke atas mimbar milik BEM SI, sontak dari aksi demo panggung sebelah pihak GPII dan IMM meneriakkan kekecewaan, "Woy, itu (Luhut Panjaitan) pencitraan, tolak itu pencitraan." ungkap orator dari GPII IMM.
Protes dengan orasi Luhut, GPII IMM lalu mengumandangkan adzan Maghrib, iqomah dan menyeru shalat maghrib. Tentu hal ini mengganggu konsentrasi orasi Luhut didepan ribuan mahasiswa BEM SI.
Setelah ditunggu dua hari oleh ribuan mahasiswa, Jokowi tak juga menampakkan batang hidungny, yang bernegoisasi dengan BEM SI adalah Luhut Panjaitan.
Dalam penjelasan pasca diskusi di dalam Istana Negara bersama BEM SI Luhut menyatakan akan menindaklanjuti pertemuan berikutnya dengan Presiden Jokowi, "Nanti hari Senin kita akan tindak lanjuti pertemuan terbuka dengan Presiden Jokowi, akan diliput juga oleh TV" ujar Luhut didepan ribuan mahasiswa.
Demikian laporan voa-islam.com dari Istana Negara Jakarta. [adivammar/voa-islam.com]