NEW YORK (voa-islam.com) - Penurunan saham-saham di Asia, pasti akan berdampak terhadap ekonomi Indonesia. Sekarang ekonomi Indonesia mengalami pertumbuhan paling buruk sejak 2009.
Diperkirakan angka inflasi akan naik sebesar 8 persen, menjelang Ramadhan. Tentu, diikuti jumlah angka pengangguran yang terus naik mengikuti deret ukur. Pululhan ribu buruh sudah di PHK. Jokowi gagal merealisasikan janjinya. Enam bulan pertama pemerintahannya sudah bikin rakyat semakin mlarat.
Saham-saham di Asia diperdagangkan dengan harga rendah pada hari Senin (01/06), mengikuti pergerakan saham Amerika Serikat yang cenderung turun setelah pertumbuhan ekonomi AS menyusut 0,7% pada pertama tahun 2015.
Indeks Nikkei di Tokyo yang menjadi tolak ukur turun sebanyak 0,47% pada kedudukan 20.466,45 poin. Di Australia, indeks S&P/ASX 200 turun 0,96% dengan 5.723,80 poin, mengikuti tren AS.
Sementara itu, indeks Korea Selatan Kospi turun sebesar 1,17% setelah survei swasta menunjukkan penyusutan aktivitas produksi pada bulan Mei, yaitu tiga bulan berturut-turut.
Data resmi juga menunjukkan ekspor Korea Selatan pada bulan Mei turun 10,9% dibandingkan tahun lalu, sedangkan impor turun 15,3%. Angka-angka itu menimbulkan kekhawatiran mengenai goyahnya pemulihan ekonomi Korea Selatan.
Indeks Hang Seng di Hong Kong turun 0,61%, sementara Shanghai Composite melawan tren regional dan menunjukkan kenaikan sebesar 0,10% pada posisi 4,616.19 poin dalam perdagangan sesi pagi.
Angka-angka baru resmi menunjukkan aktivitas di sejumlah pabrik-pabrik besar di Cina naik sedikit di bulan Mei, sesuai perkiraan.
Indeks manajer pembelian (PMI) resmi negara tersebut, yang mengukur jumlah serta pemesanan baru, menunjukkan perkembangan dari 50,1 pada April menjadi 50,2 pada Mei.
Pengukuran di atas 50 menunjukkan perkembangan pada bulan tersebut, sedangkan pengukuran di bawah 50 mengindikasikan adanya penyusutan dalam rentang waktu itu.
Ddibagian lain, Badan Pusat Statistik mengungkap pertumbuhan ekonomi Indonesia pada bulan Januari hingga Maret 2015 berada pada tingkat 4,7% atau yang paling rendah sejak tahun 2009, Selasa (05/05)
Pertumbuhan ekonomi Indonesia itu tidak dapat mencapai angka 4,95%, seperti yang diprediksi berbagai kalangan. Menurunnya pertumbuhan ekonomi disebabkan berbagai faktor, kata Kepala Badan Pusat Statistik, Suryamin.
Diantaranya, faktor yang menyebabkan melemahnya pertumbuhan ekonomi, karena tidak adanya kordinasi antara lembaga pemerintah, diakui oleh penasihat ekonomi Wakil Presiden Jusuf Kalla, Wijayanto Samirin
Memang, sejak Jokowi naik, sangat terasa ekonomi Indonesia semakin acak adul, karena terlalu banyak 'sopir', semuanya ikut mengatur, terutama para majikan partai. Jokowi sendiri tidak memiliki kapasitas memimpin, dan kurangnya pengetahuan mengelola negara, akibatnya sudah dapat diprediksi yaitu ekonomi ambruk. (kk/dbs/voa-islam.com)