JAKARTA (voa-islam.com) - Tak ada beda tayangan sejumlah stasiun televisi swasta dalam perkawinan anak Presiden Jokowi dengan Rafi Ahmad-Nagita, terlalu menonjolkan aspek sensasi ketimbang kepentingan publik, kata lembaga kajian media dan televisi.
"Saya tidak melihat liputan (pernikahan putra Presiden Jokowi) itu mengangkat isu-isu publik. Yang terjadi malah drama dan sensasinya yang dikedepankan," kata Direktur lembaga kajian media dan televisi Remotivi, Muhammad Heychael, kepada wartawan di Jakarta, Kamis, 11/06/2015.
Mohamad Heychael tidak melihat liputan perkawinan anak Presiden Jokowi mengangkat isu-isu publik. Yang terjadi malah drama dan sensasinya yang dikedepankan, kata Direktur lembaga kajian media dan televisi Remotivi, Muhammad Heychael.
Heychael mencontohkan, sejumlah stasiun televisi yang meliput acara itu tidak menyinggung kepentingan publik, misalnya "apakah fasilitas negara dipakai dalam acara pernikahan tersebut?", tambahnya.
Sebaliknya, menurut Heychael, "Yang muncul adalah berita sensasi, apakah tamu negara naik becak menuju akad nikah. Akhirnya, saya melihat Jokowi dan artis Rafi Ahmad yang perkawinannya beberapa bulan lalu ditayangkan langsung stasiun televisi, itu tidak ada bedanya. Dua-duanya selebriti", tukasnya.
Menurutnya, televisi adalah media publik yang seharusnya mengangkat persoalan yang menyangkut kepentingan publik.
'Mirip liputan infotainment'
Dimintai komentar atas pernyataan KPI yang menganggap wajar liputan telivisi swasta itu, Direktur Remotivi, Muhammad Heychael memberikan jawaban:
"Tapi persoalannya adalah apakah isu yang diangkat itu isu publik? Yang terjadi pada (liputan) perkawinan ini bobot infotainment (hiburan) jauh lebih tinggi daripada isu publiknya."
Heychael juga mempertanyakan durasi tayangan liputan itu yang disebutnya ada yang mencapai "sekitar dua jam".
"Sebaiknya 15 menit atau paling lama setengah jam. Karena, peluang untuk memberitakan banyak hal lain dalam konteks yang lebih bersifat publik, itu direnggut dan hilang. Di sini masyarakat dirugikan," katanya.
Di tengah-tengah rakyat sudah pada sekarat akibat tingkah polah Jokowi dalam membuat kebijakan ekonomi, rakyat disuguhi cerita yang ‘norak’ tentang perkawinan Gibran-Selvi.
Pesta perkawinan anak Jokowi dibuat dengan citra rasa sederhana yang ‘merakyat’ dengan dramatisasi tukang becak, sampai ada yang mati dan pingsan. Lagi-lagi kaum gembel menjadi ‘tumbal’ penguasa yang ingin bercitra merakyat. (dta/dbs/voa-islam.com)