JAKARTA (voa-islam.com) - Tersangka pembunuh Angeline, Agustinus Tae Hamdani, akhirnya mengakui bahwa Margriet Christina Megawe telah membunuh anak angkatnya sendiri. Pengakuan Agustinus ini diungkapkan kepada penyidik Kepolisain resort Kota Denpasar, Bali, dalam pemeriksaan tambahan, Rabu, 17 Juni 2015.
Pengacara Agustinus, Haposan Sihombing, kepada Tempo, Kamis, 18 Juni 2015 menceritakan pengakuan kliennya mengenai saat-saat dramatis sebelum Angeline meregang nyawa itu. "Waktu kejadian, M (Margriet memanggil AG (Agus) untuk datang ke kamarnya dan mengatakan telah membunuh Angeline," ujar Haposan.
Agustinus bercerita bahwa pembunuhan Angeline terjadi pada 16 Mei 2015, atau tanggal ketika keluarga angkatnya itu melaporkan kehilangan Angeline. Sekitar pukul 09.30 Wita, Agus mendengar teriakan Angeline dari kamar Margriet. "Agus mendengar teriakan Angeline. Mama lepaskan aku," kata Haposan.
Teriakan itu, menurut Haposan menirukan Agustinus, hanya sekali tapi terdengar sangat keras. Saat itu Agus di dalam kamarnya. Lalu beberapa saat setelah teriakan Angeline, Margriet memanggilnya. Agus masuk ke kamar Margriet. Dalam kamar itu Agus melihat Angeline sudah sekarat dengan posisi terlentang.
Saat itu Agus bertanya apa yang terjadi dengan Angeline. Margriet kemudian mendekati Agus dan mengatakan bahwa dia yang telah menganiaya dan membunuh anak angkatnya itu. "Margriet juga bilang kepada Agustinus agar dia jangan memberi tahu siapa-siapa soal peristiwa itu," kata Haposan.
Sungguh sangat tragis peristiwa yang dialami oleh Angeline yang harus mati ditangan ibu angkatnya sendiri. Dengan menyiksa yang diluar batas kemanusiaan. Terhadap anak yang baru berumur 8 tahun.
Angeline di adopsi oleh keluarga Margriet, saat masih baru berumur tiga hari. Angline berasal dari keluarga Muslim yang tinggal di Glanmour, Banyuwangi, dari seorang Muslimah bernama Hamidah.
Mengapa Hamidah harus tega menyerahkan anaknya yang baru berumur tiga hari kepada Margriet? Bayi yang baru berumur tiga hari itu, kelak diberi nama Angeline (Kristen), dan akhirnya harus dibunuh oleh ibu angkatnya, Margriet. Adakah dugaan pembunuhan ini semata karena terkait dengan masalah harta waris?
Sementara itu, berita tentang Angline ini telah menyedot perhatian masyarakat secara luas, dan bahkan dunia internasional, karena TKP peristiwanya berada di Bali, yang menjadi tempat distenasi para pelancong dari seluruh dunia.
Margriet menurut cerita telah dua kali menikah dengan pria berkewarganegaraan Amerika, dan keduanya meninggal, dan memiliki dua orang anak dari hasil perkawinan dengan pria Amerika itu, diantaranya Yvone yang kini tinggal bersama seorang pendeta di Bali.
Semuanya sekarang menjadi fokus perhatian publik, tanpa henti. Ingin mengetahui motivasi pembunuhan terhadap Angeline. Benarkah hanya sekadar masalah harta waris, sehingga Margriet tega melakukan kekejaman tiada batasnya terhadap anak yang diadopsinya sejak berumur tiga hari.
Namun, kasus pembunuhan Angeline ini, mengalihkan masalah paling pokok dihadapi oleh bangsa Indonesia, yaitu krisis ekonomi yang dihadapi oleh rezim Jokowi. Sekarang jutaan orang sekarat, akibat kemiskinan yang mereka hadapi, dan kenaikan harga-harga kebutuhan pokok, termasuk PHK besar-besaran yang terjadi terhadap buruk pabrik.
Rakyat menjelang Ramadhan, dan saat berlangsungnya puasa Ramadhan, dihadapkan dengan berbagai kenaikan harga kebutuhan pokok yang sangat mendera. Dengan kasus Angeline ini, maka masalah kenaikan bahan pokok dan krisis ekonomi yang menghantam pemerintahan Jokowi, tidak lagi menjadi ‘TRENDING TOPIC’ media.
Jokowi tetap selamat di tengah-tengah kegagalannya mengelola negara dan pemerintahannya. Lagi-lagi muncul isu-isu yang bisa menjadi ‘buffer zone’ bagi kekuasaannya. Sehingga rakyat tidak lagi terfokus pada kepemimpinan Jokowi.
Persis Zionis-Israel berhasil menggarap negara-negara di ‘frontline’ (garis depan), dibuat hiruk pikuk dengan berbagai masalah, termasuk perang. Sehingga, Zionis tetap selamat. Tidak menjadi fokus negara-negara Arab sekelilingnya, yang hanya sibuk dengan masalah dalam negeri mereka. (dita/dbs/voa-islam.com)