View Full Version
Rabu, 12 Aug 2015

Pak Presiden Nilai Rupiah Terus Anjlok Rp13.700/USD, Ditambah Yuan Terdevaluasi?

JAKARTA (voa-islam.com) - Nilai tukar rupiah terus melorot alias teler atas dollar. Sekarang sudah Rp.13.700/1 dollar,  bahkan terakhir rupiah sudah menembus Rp 1.800/1USD. Ini akan semakin membuat ekonomi Indonesia gonjang-ganjing.

Dengan melorotnya rupiah akan menguras cadangan devisa Indonesia, inflasi terus membubung, kemampuan daya beli masyarakat turun, dan pengangguran berjibun.

Dibagian lain, Bank Sentral Cina (BOC) melakukan devaluasi atas mata uang yuan, ini pasti akan berdammpak pada nilai ekspor ke negeri tirai bambu diprediksi melorot. Bagaimana nasib perekonomian?

Belum lagi, Indonesia melakukan pinjaman kepada BOC dalam jumlah besar. Seperti belum lama ini, Meneg BUMN Rini Sumarno, menandatangani perjanjian dengan BOC di Paris, senilai Rp 570 triliun? 

Menurut  catatan BPS, hubungan dagang Indonesia dan Cina per Januari-Juni 2015, mengalami defisit US$ 8 miliar. Importasi Cina mencapai US$ 14,70 miliar sementara ekspor dari Indonesia hanya US$ 6,64 miliar. 

Sementara dalam perdagangan Juni lalu, nilai ekspor dan impor ke China masing-masing bernilai US$ 1,23 miliar dan US$ 2,62 miliar. Artinya masih ada defisit US$ 1,39 miliar.

Masalahnya, devaluasi yuan yang beramakna penurunan nilai tukar yuan terhadap dolar AS, bertujuan untuk menekan impor dengan menaikkan daya saing produk lokal Cina. Artinya, pemerintah Cina akan mengurangi impornya.

Kondisi ini, tentu saja bikin miris Indonesia. Pasalnya, Cina adalah tujuan utama ekspor khususnya komoditas non migas. Saat ini, Cina menempati urutan ketiga, setelah Amerika Serikat dan Jepang. Pangsa pasar Indonesia ke China US$ 6,65 miliar atau 9,37 persen.

Tak hanya soal ekspor yang harus diwaspadai. Soal impor juga harus dicermati dengan serius. Dengan devaluasi yuan, produk 'made in' Cina bisa lebih murah lagi.

Dikhawatirkan, importasi barang dari Cina semakin deras saja. Asal tahu saja, impor dari Cina adalah terbesar dengan realisasi US$ 14,71 miliar atau 24,17%. Sebagian besar berupa mesin dan peralatan mekanik, mesin dan peralatan listrik dan sebagainya.

Kalau barang-barang Cina banjir, bagaimana nasib industri dalam negeri? Ini tantangan berat pemerintah. Karena negara-negara Eropa, Amerika, dan Jepang tidak doyan produk nilai, karena kualitasnya 'nol'. Barang dari Cina hanya laku di Indonesia dan Afrika. Jadi negara maju tidak mau menyerap barang Cina. Indonesia hanya akan menjadi tempat pembuangan 'sampah' dari Cina. (dita/dbs/voa-islam.com)


latestnews

View Full Version