View Full Version
Kamis, 27 Aug 2015

Ahok Bongkar Sendiri Niatnya Menggusur Warga di Kampung Pulo

JAKARTA (voa-islam.com) - Ternyata, Gubernur DKI Jakarta Ahok akhirnya membongkar sendiri niatnya menggusur warga Kampung Pulo, Jatinegara, Jakarta Timur.

Kawasan tersebut, kata Ahok, akan dibangun kompleks apartemen yang direncanakan memiliki ketinggian antara 16 hingga 18 lantai. Selain itu juga akan dibangun taman, daerah perdagangan, hingga tempat wisata yang terintegrasi dengan konsep wisata maritim yang hendak diterapkan Pemerintah Provinsi DKI di aliran Sungai Ciliwung.

Sekitar 520 kepala keluarga bekas penghuni Kampung Pulo yang saat ini tengah direlokasi sementara ke Rusunawa Jatinegara Barat bisa kembali menghuni tower apartemen baru yang didirikan di atas bekas hunian mereka.

“Makanya Kampung Pulo itu mau kami tinggiin. Kalau sekarang di Kampung Pulo banyaknya rumah dua lantai, enggak ada tanah kosong. Kalau kita bangun apartemen sampai 18 lantai, bawahnya bisa kita bangun macem-macem,” kata Ahok di Ancol, Jakarta Utara, Rabu (26/8).

Kata Ahok lagi, konsep pembangunan apartemen ini mengembalikan nama Kampung Pulo ke makna aslinya. Kampung Pulo diartikan sebagai sebuah kawasan perkampungan, lengkap dengan segala fasilitas umumnya, yang terletak di tengah-tengah pulau. Dalam hal ini daratan yang terletak di tengah aliran Sungai Ciliwung yang melengkung di Kecamatan Jatinegara.

Pembangunan akan dilaksanakan setelah penertiban terhadap wilayah hunian ilegal di kawasan Bukit Duri selesai dilakukan. Sekarang ini, Pemerintah Provinsi DKI tengah memasang dinding turap atau sheet pile di sepanjang bantaran sungai yang sebelumnya menjadi tempat berdiri bangunan hunian ilegal.

“Kampung Pulo itu kampung di tengah sungai. Udah kami pasangi sheet pile di tengah putaran Kampung Pulo itu, kami bangun lagi kampung itu,” kata Ahok.

Bukankah warga Kampung Pulo umumnya adalah pekerja di sektor informal dengan penghasilan tidak menentu? Apakah ini “disengaja”, sehingga nanti mereka diprediksi akan jual ruang apartemennya dan yang membeli pastinya orang yang berduit?

Pertanyaannya, akan ada berapa tower apartemen yang akan dibangun? Kalau hanya 520 tampaknya cukup satu tower, yang memiliki ketinggian 16 lantai. Lalu, berapa biaya perawatan dan lain-lain yang akan dikenakan kepada warga Kampung Pulo yang akan menghuni apartemen tersebut, mengingat kelasnya adalah kelas apartemen, dengan ketinggian minimal 16 lantai?

Bukankah warga Kampung Pulo umumnya adalah pekerja di sektor informal dengan penghasilan tidak menentu? Apakah ini “disengaja”, sehingga nanti mereka diprediksi akan jual ruang apartemennya dan yang membeli pastinya orang yang berduit?

Dalam Peraturan Daerah DKI Jakarta Nomor 1 Tahun 2014 tentang Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi, kawasan gusuran itu bukan untuk dijadikan tempat wisata, tapi untuk sodetan Sungai Ciliwung dan perumahan vertikal, yang berbeda dengan apartemen dan bukan juga untuk perdagangan.

Sekadar informasi, dalam beberapa hari belakangan, sejumlah media arus utama seakan kompak memberitakan bahwa rusunawa yang dihuni warga Kampung Pulo semewah apartemen. Lalu, media-media itu pun mengajukan pertanyaan yang sama, mengapa warga Kampung Pulo menolak dipindahkan ke rusunawana yang semewah apartemen.

Tampaknya, ada yang dilupakan untuk urusan ini: tidak semua orang bisa “dibeli”. Masih banyak yang berprinsip “kemakmuran boleh hari esok, tapi keadilan harus hari ini”. Seperti kata Ketua Ciliwung Merdeka, Sandyawan Soemardi, yang diwawancarai situs islambergerak.com bahwa problem Kampung Pulo bukan soal uang atau ganti rugi, tapi soal harga diri. [dbs/syahid/voa-islam.com]

Editor: RF


latestnews

View Full Version