JAKARTA (voa-islam.com) - Negara-negara Islam harus dihancurkan supaya tidak menjadi kekuatan politik dan membentuk blok sendiri. Caranya adalah dengan dis-integrasi agar berkeping-keping, kemudian mudah untuk dijajah. Skenario Sudan yang kini terpecah menjadi dua negara antara Sudan dan Sudan Selatan, sekarang dijalankan.
Pasca Arab Spring dan runtuhnya para sekutu Barat, terjadilah gerakan 'counter revolusi', yang dipelopori oleh Amerika dan Sekutunya. Mereka menghancurkan gerakan pembaharuan yang terjadi di dunia Arab, terutama bila lahir pemerintahan baru dari kalangan Islamis. Hal ini telah terjadi di Mesir. Kalangan Islam dihancurkan dengan cara-cara yang sangat kotor.
Sementara itu, Amien Rais, menegaskan potensi adanya ancaman perpecahan NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia) saat ini menyusul perekonomian yang melambat. Perpecahan NKRI itu, tak lepas dari penjajahan gaya baru yang dilancarkan negara-negara maju, terutama Amerika Serikat. Penjajahan saat ini adalah melalui ekonomi.
“Setelah negara-negara Timur Tengah konflik dan terpecah-pecah maka target berikutnya adalah negara yang punya ringgit, Malaysia dan yang punya rupiah, Indonesia,” kata Amien Rais saat menyampaikan tausiah politik dalam acara pembukaan Musyawarah Wilayah PAN Jawa Tengah, Sabtu sore, 29 Agustus 2015.
Amien menyatakan beberapa waktu lalu dirinya bertemu dengan para petinggi Malaysia. Kata dia, beberapa waktu lalu Malaysia masih aman tapi saat ini sudah mulai ada gerakan perpecahan di negaranya.
“Kemarin masih cekakakan tapi sekarang sudah di ruang ICU,” kata mantan Ketua Umum PAN tersebut.
Amien menambahkan jika ekonomi terpuruk hingga kolaps maka bisa muncul disintegrasi politik, pengangguran dimana-mana, harga kebutuhan melambung, dan terjadi konflik sosial.
“Jika itu sudah terjadi maka dajjal-dajjal dari luar negeri akan masuk,” kata Amien.
Orang luar negeri itu akan mengompori beberapa wilayah di Indonesia untuk merdeka.
“Mereka bisa mengompori: hai teman-teman Papua, kenapa ikut NKRI. Ayo deklarasi kemerdekaan saja, kalau perlu minta referendum,” ucap Amien. Gerakan kemerdekaan juga bisa disuarakan untuk Aceh.
“Ini bukan angan-angan kosong. Arahnya sudah jelas,” imbuh Amien.
Amien mengaku sudah bertemu petinggi Indonesia. Amien tak menyebut siapa petinggi yang dimaksud. Soerang petinggi tersebut, kata Amien, menyatakan Presiden Amerika Serikat Barack Obama sudah menjamin kesatuan wilayah Indonesia. Tapi, Amien menyatakan tak percaya dengan jaminan tersebut.
“Obama itu siapa. Biasanya yang dikatakan itu omongan politik yang enak-enak saja. Harus bisa dibedakan antara yang diomongkan dengan yang dijalankan,” kata Amien.
Amien mencontohkan dulu negara Uni Soviet dan Yugoslavia merupakan negara yang sangat kuat. mereka saja bisa hancur. Apalagi, kata Amien, saat ini bangunan ekonomi dan politik Indonesia sangat lemah. Ia mencontohkan konflik di dalam negeri yang masih terus terjadi.
“Partainya ada KIH-KMP. KPK dan polisi masih rebutan popularitas. Partai besar juga bisa konflik. Bahkan beberapa waktu lalu ulama-ulama besar hampir saja terjadi clash,” kata Amien. Ditambah lagi Indonesia juga punya sindrom historis perpecahan bangsa, seperti adanya gerakan RMS, DI/TII, Permesta, hingga PKI.
Amien meminta Presiden Joko Widodo segera mengumpulkan berbagai pihak untuk membahas situasi saat ini. Jokowi diminta untuk mengundang ketua-ketua lembaga tinggi negara, seperti Ketua MPR, Ketua DPR, Ketua MA, ketua KPK, Panglima TNI, Kapolri, pimpinan partai politik, tokoh agama, dan para bekas Presiden.
Jokowi juga perlu mengundang perwakilan wartawan yang top, akademisi yang top, NGO hingga para para pengusaha.
“Mereka semua harus duduk bersama untuk membaca situasi negara kita saat ini,” kata Amien. Apakah para tokoh dan pimpinan lembaga tinggi negara itu, bisa menyelesaikann krisis? Bukankah mereka itu, bagian dari krisis 'the part of crisis'? (dita/dbs/voa-islam.com)
Editor: RF