BEIJING (voa-islam.com)- Perang secara fisik tidak lagi dianggap relevan dalam menyelesaikan setiap persoalan bangsa dan Negara. Selain itu, ‘perang’ juga saat ini tidak lagi dipandang manusiawi oleh Negara, khsususnya Cina. Demikian yang disampaikan oleh delegasi Pemerintah Republik Indonesia Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Puan Maharani, sekembalinya dari Beijing, Cina.
"Perang pasti menimbulkan korban jiwa yang begitu besar, harta benda, kerusakan lingkungan, biaya perang yg sangat mahal yang bisa digunakan untuk membangun kesejahteraan umat manusia dan bukan untuk menghancurkan kesejahteraan umat manusia yang sudah dengan susah payah dibangun," kata Puan beberapa waktu lalu, demikian yang dikutip Rakyat Merdeka.
Ia menegaskan bahwa perdamaian dan pembangunan menjadi kepentingan bersama secara global. Karenanya upacara perayaan 70 tahun berakhirnya PD II yang dihadiri 33 kepala negara dan disemarakkan oleh parade militer dari 17 negara itu menunjukan bahwa perdamaian dan semangat anti-perang mendapat perhatian dan dukungan banyak negara.
Selain itu Puan mengatakan, perayaan yang besar-besaran itu memberi pelajaran tentang semangat masyarakat Cina dalam bekerja yang begitu disiplin hingga hal-hal kecil. Parade perayaan kemenangan Cina atas Jepang itu menunjukkan adanya koordinasi kesatuan komando serta gotong royong masyarakat.
"Upacara ini juga mencerminkan rasa nasionalisme dan patriotisme. Apa yang dilakukan oleh bangsa Cina hari itu adalah untuk kepentingan nasional," tandas Puan yang berkesempatan berpose bersama dengan Presiden Tiongkok Xi Jinping dan istrinya itu.
Selain itu, kata Puan, perayaan itu juga memberikan pelajaran berharga tentang pembangunan karakter bangsa agar disiplin, menghormati orang tua, rajin dan bekerja keras, tidak suka mengeluh dengan kedaan, tidak suka menyalahkan keadaan dan orang lain, pantang menyerah dan gotong royong ditanamkan sejak dini di rumah, di sekolah dan di lingkungannya.
"Setiap anak sejak dini ditanamkan jiwa dan semangat nasionalisme, cinta dan bela negara," demikian Puan. (Robigusta Suryanto/voa-islam.com)