JAKARTA (voa-islam.com) - Kecenderungan melemahnya rupiah masih berlanjut. Data Bloomberg, Senin (21/8) rupiah melemah ke Rp 14.486 per dollar AS atau 0,78% dari sebelumnya Rp 14.374 per dollar AS. Bahkan, di pasar spot rupiah dijual dengan harga Rp 16.000/1USD.
Dollar AS akan tetap berada pada tren penguatan hingga menjelang pertemuan The Fed atau Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) berikutnya pada 27-28 Oktober mendatang.
"Sentimen penundaan kenaikan suku bunga acuan AS pada rapat FOMC September lalu kembali menjadi kekhawatiran di pasar keuangan negara-negara berkembang," ungkap seorang pengamat securitas.
Pengamat pasar uang Bank Himpunan Saudara, Rully Nova menambahkan bahwa akibat kebijakan the Fed yang menunda kenaikan suku bunga acuannya kembali membuat ketidakpastian pelaku pasar di negara berkembang termasuk di Indonesia.
"Belum adanya kepastian waktu dari bank sentral AS untuk merealisasikan kebijakannya maka tren nilai tukar rupiah masih berada dalam area negatif," katanya.
Sementara itu, dalam kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada Senin (21/9) mencatat nilai tukar rupiah bergerak menguat menjadi Rp14.451 dibandingkan sebelumnya di posisi Rp14.463 per dollar AS.
Indonesia semakin berat melangkahkan kakinya menghadapi situasi global, dan tidak adanya kepastian kebijakan pemerintah. Di tengah krisis keuangan global yang sangat berdampak negatif atas ekonomi Indonesia.
Sementara itu, Bank Sentral tetap tidak mau melenggorkan suku bunganya. Sehingga semakin memperberat dunia usaha. Banyak usaha yang berguguran, karena kondisi ekonomi yang memburuk, ini mengakibatkan deret ukur pengangguran semakin meningkat. (ms/dbs/voa-islam.com)