View Full Version
Jum'at, 25 Sep 2015

Akhir Pekan : Rupiah Merosot Tajam Rp 14.700/USD, ATM Mandiri Tidak Berfungsi?

JAKARTA (voa-islam.com) - Nilai rupiah terus merosot, dan tidak dapat bergerak menghadapi dolar. Kondisi sudah sangat mengkawatirkan. Bukan lagi pemerintah menghadapi kondisi krisis, tapi sudah menghadapi kondisi kritis.

Ekonomi Indonesia menghadapi kondisi kritis. Apalagi, sejumlah ATM, diantara Bank Mandiri, ATMnya tidak berfungsi. Ini mengkawatirkan para nasabah. Mungkin Mandiri takut di 'rush' oleh para nasabahnya.

Sementara itu, di pasar spot, Jumat (25/9) nilai tukar rupiah menukik tipis 0,06% ke level Rp 14.693 di hadapan USD dan nilai ini sudah tergerus 2,21% dalam sepekan terakhir. Sejalan, di kurs tengah Bank Indonesia posisi rupiah terkikis 0,45% di level Rp 14.690 dengan penurunan 1,56% dalam sepekan terakhir.

Trian Fathria, Research and Analyst Divisi Treasury PT Bank BNI Tbk menuturkan untuk Jumat (25/9) faktor utama yang menggerus adalah pernyataan Janet Yellen, Gubernur The Fed yang menyatakan peluang The Fed rate naik tetap terjaga di tahun 2015 ini. Nada hawkish itu semakin tegas setelah Yellen menyampaikan bahwa lesunya perekonomian global tidak akan seterusnya menahan laju The Fed.

“Keperkasaan USD pun sulit ditaklukan di pasar global,” kata Trian. Sehingga tidak heran rupiah pun semakin terseret. Pernyataan Yellen ini seolah memvalidasi optimisme yang ditebar oleh Gubernur The Fed Atlanta dan Gubernur The Fed San Francisco sebelumnya.

Sebabnya hingga kini, sentimen internal pun belum ada yang mampu mempengaruhi pergerakan rupiah. “Yang ada malah keraguan pelaku pasar dan anggota DPR terhadap Bank Indonesia malah semakin menekan nilai rupiah,” papar Trian.

Sekarang bukan lagi menghadapi krisis, tapi sudah menghadapi situasi kritis, persis seperti diungkapkan oleh Ketua PP Muhammadiyah tengang adanya kondisi kritis ekonomi Indonesia, dan rakyat harus bersiap-siap menghadapi kondisi kritis itu.

Dibagian lain, awal September ini, Fitch Ratings mengeluarkan hasil stress test terhadap sembilan bank beraset kakap. Ditemukan adanya kenaikan risiko yang harus dihadapi perbankan. Terutama akibat meningkatnya rasio kredit bermasalah atau non-performing loan (NPL) yang pada akhir Mei 2015 mencapai 2,6%. Angka ini naik di bandingkan 2013 yang berada di bawah 1,8%.

Kesembilan bank itu adalah, Bank Mandiri, BRI, BCA, BNI, CIMB Niaga, Bank Danamon, Bank Internasional Indonesia, Bank Pan Indonesia, dan Bank OCBC NISP. Dari Sembilan bank itu, menurut Fitch Ratings, hanya empat empat bank yakni Mandiri, BCA, BRI, dan BNI, yang memiliki modal besar untuk menahan kerugian akibat kenaikan biaya kredit.

Artinya, lima bank lainnya bisa terancam. Kalau lima bank beraset kakap saja bisa kolaps, bank yang jumlah asetnya di bawah, tentu sudah tenggelam, alias bankrut. Jika bank-bank besar itu bangkrut, maka uang para nasabah ikut tenggelam, akibat bank bangkrut, yang digunakan menyimpan dana nasabha. Inilah kondisi kritis itu. (sasa/dbs/voa-islam.com)

 


latestnews

View Full Version