JAKARTA (voa-islam.com)- Ketua Umum Serikat Petani Indonesia (SPI) Henry Saragih merasa kecewa kepada Presiden Joko Widodo. Pasalnya, Presiden yang seharusnya merayakan Hari Tani Nasional di Cibaliung, Banten bersama masyarakat namun akhirnya dibatakan.
"Kami kecewa, tapi kami petani akan tetap bersabar karena perjuangan butuh kesabaran," ujarnya, seperti yang dikutip Rakyat Merdeka.
Ia menyampaikan bahwa acara ini telah direncanakan jauh sebelum dari jadwal yang ditetapkan. Dan seharusnya Presiden Jokowi menghadiri peringatan Hari Tani ke-55 yang ditandai dengan pencangkulan lahan. Dan ini sebagai tanda mulai pembaruan agraria, yakni pembagian tanah seluas 9 juta hektar yang menjadi mandat Nawacita.
"Baru tadi pagi kami mendapatkan kabar kalau Pak Jokowi batal hadir. Padahal acara ini sudah lama dipersiapkan. Kami pun sudah menunggu implementasi redistribusi tanah sejak UU Pokok Agraria 1960 disahkan 55 tahun lalu," kata dia.
Selain itu, acara yang telah dibuat menurutnya tepat karena Jokowi dapat melihat bahwa para petani, khsususnya yang kurang memiliki lahan, sejatinya dibayang-bayangi oleh kemiskinan.
"Redistribusi tanah berhubungan erat dengan pengentasan kemiskinan dan pertumbuhan. Ini fakta yang terjadi di negara-negara yang kini tinggal landas macam Taiwan, India," katanya.
Dari catatannya, sekira 100 petani yang rata-rata memiliki tanah kurang lebih 2 hektar sudah sejahtera. Mereka bisa hidup dengan layak, juga mengakses layanan kesehatan dan pendidikan tinggi untuk anak-anaknya.
"Jadi kita, petani, tak pernah takut itu dengan yang namanya krisis ekonomi--asal bisa bertani di atas tanah sendiri," tukas Henry. (Robigusta Suryanto/voa-islam.com)