View Full Version
Kamis, 01 Oct 2015

Bendera Merah Putih Tidak Setengah Tiang, Kekejaman PKI Dilupakan?

BOGOR (voa-islam.com)- Di rezim saat ini, sebagian masyarakat merasa ada yang kehilangan, terlebih di saat mengenang pemberontakan dan pembantaian PKI terhadap tentara, ulama, umat Islam dan lainnya. Mahasiswi dari Bogor, misalnya saja mengungkapkan bahwa biasanya di saat mengenang tragedi 30 September di kantor atau lembaga, dan bahkan di rumah-rumah terdapat bendera merah putih setengah tiang. Namun pada saat ini ia mengakui hal itu tidak ada lagi.

"Kalau kakak tidak tanya, mungkin saya juga tak ingat hari ini adalah peringatan G30S/PKI," ujar Sefti Rabu (30/90/2015), seperti yang dikutip Republika.

Gadis 20 tahun itu berkata, gerakan tersebut masih menjadi misteri hingga kini. Ia pun tak tahu kisah mana yang patut dipercaya dari sejumlah versi yang beredar.

Pembunuhan demi kekuasaan, pemberantasan ideologi komunisme yang tak percaya ajaran Tuhan, adalah segelintir yang ia pahami dari momentum itu. Sefti berharap, kondisi sesungguhnya dari kejadian itu bisa terkuak. "Masih perlu bangat dipolemikkan, supaya semuanya jelas," ungkapnya.

Hal lain disampaikan Fikar Robbani, mahasiswa semester tiga Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam di Universitas Ibn Khaldun Bogor. Pemuda 21 tahun itu percaya, pada 1965 silam, Partai Komunis Indonesia (PKI) memang bergerak untuk melakukan kudeta terhadap NKRI.

Menurut pemahanan Fikar, komunisme ialah ideologi yang berazas sama rata sama rasa. Paham yang secara pribadi ia tolak itu, ujarnya, tak mengakui keberadaan Tuhan. "Atau tepatnya, Tuhan dikembalikan kepada persepsi manusia. Jika manusia anggap ada, maka Ia ada. Jika manusia anggap tak ada, maka Tuhan tak ada," tuturnya.

Polemik yang saat ini masih memperdebatkan kebenaran sejumlah versi itu, dicurigai Fikar merupakan buatan sejumlah pihak yang ingin kembali mengangkat isu konspirasi Soeharto. Apapun kebenarannya, ungkap Fikar, ia berbela sungkawa untuk para jenderal yang dibunuh dan menjadi korban.

"Memang kami terkesan lupa, padahal kami tetap menyimpan keprihatinan pribadi dalam hati," ungkap mahasiswa yang aktif di organisasi KAMMI, futsal, dan boxer itu. (Robigusta Suryanto/voa-islam.com)


latestnews

View Full Version