JAKARTA (voa-islam.com)- Dengan hadirnya kebijakan paket ekonomi jilid dua pemerintahan Joko Widodo, Indonesia diharapkan mampu menghadapi ekonomi yang sedang lesu.
Akan tetapi untuk memuluskan paket kebijakan ini, investor atau para pengusaha baru dihimbau agar tidak dipermudah dalam mengembangkannya oleh pemerintah. Pasalnya, menurut pengusaha mulsim Ferry Koto, mempermudah membangun industri baru, perusahaan baru (investasi baru) tentunya akan membutuhkan waktu lama sehingga konsen pemerintah diduga akan pecah merealisasi paket kebijakan tersebut. Belum lagi menurutnya membutuhkan waktu lama untuk merekrut tenaga kerja.
"Mempermudah membangun industri baru, perusahaan baru (investasi baru), yang butuh waktu lama untuk mulai menyerap naker dan mulai berproduksi," katanya sebagaimana yang tertulis di akun Twitter resmi miliknya beberapa waktu yang lalu.
Tadinya, ia melanjutkan, banyak pelaku usaha, termasuk pasar berharap kebijakan ekonomi Jokowi jilid dua dapat berpengaruh langsung ke pasar. Namun, ia melihat kebijakan tersebut justru di luar kendali, yang artinya justru kondisi mikro tidak disentuh pemerintah.
"Tadinya banyak pelaku usaha, juga pasar, berharap paket kebijakan ekonomi ke-2 Pak Jokowi lebih 'nendang', langsung efek ke pasar. Tidak lagi ditataran kebijakan makro apalagi sifatnya regulasi yang dampaknya baru dirasa jangka panjang, itupun kalau konsisten dilaksanakan," tambahnya.
Ia juga mengingatkan pemerintah agar tidak melewati iklim atau situasi pasar yang terjadi saat ini. Karena baginya hal itu tidak kalah penting dengan para investor.
"Mempermudah izin usaha, izin investasi itu hal penting, tapi jika situasi pasar lesu, siapa yg mau invest?" Sebab investor membangun industri selalu melihat dua hal pokok. Pertama terkait produksi, dan kedua terkait pemasaran hasil industri.
Untuk itu, ia meminta Jokowi mempertimbangkan pula pokok-pokok dalam investasi. Idealnya, menurutnya investasi yang baik adalah investasi yang memperhatikan kondisi maunpun potensi yang ada.
"Dalam hal pemasaran, ini juga pertimbangan pokok investor. Idealnya dimana investasi dilakukan potensi pasarnya juga besar." (Robigusta Suryanto/voa-islam.com)