View Full Version
Jum'at, 16 Oct 2015

Jokowi Teriak karena Gereja Ilegal Dibakar, tapi Jokowi Bungkam Masjid Legal Dibakar

JAKARTA (voa-islam.com)- Presiden Republik Indonesia (RI) menunjukkan sifat tidak adil kepada masyarakat Indonesia. Hal ini dapat dilihat dengan jelas bagaimana seorang presiden memperlakukan umat beragama, khsususnya persoalan toleransi.

Di Singkil, Aceh Jokowi lebih merespons cepat dan mengeluarkan perintah agar kekerasan di sana segera dihentikan. Dan ini terkait dengan pembakaran gereja yang illegal.

(https://www.voa-islam.com/read/indonesiana/2015/10/14/39842/pgi-akui-ada-24-gereja-tak-berizin-di-aceh-singkil/)

Menurut Jokowi, kekerasan dan berlatar apapapun, termasuk agama dan juga keyakinan adalah merupakan perusak kebhinekaan.

“Hentikan kekerasan di Singkil, Aceh. Kekerasan berlatar apapun, apalagi agama dan keyakinan merusak kebhinekaan,” tulisnya pada akun resmi Twitter miliknya pada pukul 09.08 WIB, tanggal 14 Oktober, dengan ditandai (-) JKW.

Tapi bagaimana Jokowi memperlakukan umat Islam Tolikara, Papua, yang telah jelas pelakunya adalah Gereja Injil Di Indonesia (GIDI)? Naas! Sebagai mayoritas di Negara penganut muslim terbesar di dunia-Indonesia, justru hal tersebut tidak diperlakukan demikian oleh kepala Negara yang mengaku beragama Islam tersebut.

Di Tolikara, Papua pada waktu itu presiden Jokowi justru malah mengundang GIDI ke Istana Negara, yang saat itu menjadi dalang pembakaran masjid milik umat Islam. Mereka (GIDI), yang sebelumnya membubarkan, menyerang, dan akhirnya membakar terlihat mendapat perlakuan khusus oleh presiden. Bercengkrama, hangat dan menyantap makanan dari Istana, dan GIDI nampak sama sekali tidak ada rasa beban atas perlakuannya terhadap umat Islam di Tolikara, Papua. Padahal telah jelas, fakta bahwa GIDI adalah pelaku sekaligus otak dari pembakaran masjid milik umat Islam tersebut.

(http://www.voa-islam.com/read/indonesiana/2015/08/06/38439/pelaku-inkonstitusional-malah-diundang-ke-istana-sekjen-fui-kalau-saya-polisi-pasti-berhenti/#sthash.338rni2c.dpbs)

Tidak hanya sampai di situ ketidakadilan Presiden Jokowi memperlakukan umat Islam. Umat yang membebaskan Negara ini dari penjajah-penjajah kafir. Umat yang rela dan ikhlas dengan pekikan takbir dan darah dalam memerdekakan cengkraman imprealis.

Jokowi sebagai pemimpin justru sama sekali tidak mengeluarkan pernyataan 'resmi' (baca: media sosial) permintaan maaf dan cepat tanggap untuk merespon pembakaran masjid di Tolikara, Papua. Dan nampak terlihat jelas bahwa Jokowi berat sebelah di dalam menangani persoalan masyarakat yang beragama. (Robigusta Suryanto/voa-islam.com)


latestnews

View Full Version