JAKARTA (voa-islam.com)- Guru Besar Ilmu Politik Prof. Nazaruddin Sjamsudin menyatakan, bahwa peristiwa dibakarnya gereja yang terjadi di Singkil, Aceh beberapa waktu lalu adalah hasil provokasi yang dilakukan oleh oknum-oknum dari suku tertentu. Suku itu berlaku demikian karena ingin mengetes SKB yang pernah diterbitkan oleh beberapa menteri.
“Jadi memang ada orang yang memprovokasi situasi di Aceh, yakni bukan dari kalangan intel atau pemerintah, melainkan dari kalangan suku tertentu. Mereka mengetes SKB, berlaku atau tidak di sana,” ucapnya saat ihubungi oleh voa-islam.com.
Suku yang dimaksud olehnya pun tidak secara pasti disebutkan. Akan tetapi, mengapa suku tersebut melakukan demikian, karena suku yang disebutnya dari kalangan muslim itu merasa dibohongi oleh umat Kristen. “Mereka (muslim) merasa dibohongi oleh kalangan Kristen karena acapkali mengidahkan kesepakatan yang telah dibuat oleh SKB,” jelasnya.
Singkil, Aceh atau beberapa di daerah lain di Indonesia, dalam hal ketidakadilan yang terjadi, khususnya umat Islam yang dijadikan kambing hitam sulit untuk diselesaikan jika Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah tidak peduli. Sehingga, lanjutnya, wajar saja jika terjadi peristiwa seperti itu.
“Bukan saya mendukung perbuatan demikian. Tetapi, tindakan itu terjadi lantaran Pemerintah Pusat atau Daerah sering mengabaikan, sehingg terjadilah masyarakat main hakim sendiri,” katanya. Selain itu, masyarakat yang dilihatnya masih banyak yang apatis juga merupakan tindakan itu terjadi. Dan ini realita yang ada.
Di samping itu, tidak berapa lama peristiwa Singkil terjadi, Presiden Joko Widodo bersikap reaktif dan mengatakan untuk segera diselesaikan hingga tuntas. Dan ini tentunya berlawanan dengan sikap Presiden dalam melihat kasus penyerbuan umat Kristen (baca: GIDI) terhadap muslim di Tolikara, Papua saat Hari Raya Idul Fitri lalu.
Menurut Nazaruddin, jika Presiden memang menyikapi atau mengambil keputusan berbeda dalam melihat masalah, maka hal itu dianggap wajar. Pasalnya, selain mereka beragama Kristen, mereka pun umumnya adalah simpatisan PDIP. Selain itu, sikap Presiden yang terkadang mengambil keputusan tanpa mempelajari terlebih dahulu dianggap sebagai stimulusnya.
“Saya belum tahu persis apa yang dikatakan Jokowi. Namun jika benar, karena di sana kan massa PDIP. Selain itu presiden seharusnya mempelajari itu. Jangan asal main tembak. Kan bisa dia menyeruh menteri-menterinya memperlajari terlebih dahulu,” beberanya tegas.
Sebelumnya, peristiwa gereja dibakar oleh kalangan umat Islam. umat Islam melakukan demikian karena merupakan “jalan terakhir” untuk menyentil Pemda setempat karena diduga ingkar janji membongkar gereja-gereja yang telah dinyatakan illegal. (Robigusta Suryanto/voa-islam.com)