View Full Version
Jum'at, 23 Oct 2015

Ditengah Kontroversi dan Gonjang-Ganjing Freeport, Jokowi Menghadap Obama

JAKARTA (voa-islam.com) - Ditengah kontroversi dan gonjang-ganjing soal Freeport, Presiden Jokowi akan berangkat Amerika Serikat (AS) pada 25-28 Oktober 2015 mendatang. Kunjungan Jokowi bertujuan untuk membahas kerjasama perdagangan yang lebih kuat antara AS dengan Indonesia.

Dikalangan para menteri terjadi silang pendapat soal Freeport. Jokowi sendiri sudah mengarahkan Meneg BUMN, Sudirman Said, tentang rencana perpanjang kontrak  Freeport, yang akan habis tahun 2021, dan akan diperpanjang sampai 2041.

Sementara itu, Menteri Keuangan Bambang P.S. Brodjonegoro mengatakan saat ini Amerika masih menjadi salah satu mitra dagang yang besar bagi Indonesia. Menurut dia lawatan Jokowi ke Amerika merupakan yang pertama kali sejak pelantikannya pada Oktober 2014. Kunjungan tersebut dinilai sangat penting untuk mempererat hubungan kedua negara, termasuk investasi. 

"Saya rasa mungkin sebagian besar saat ini dari kabar atau diskusinya lebih sering membahas Indonesia Jepang atau dengan Cina atau Asia Timur. Padahal untuk Foreign Direct Investment (FDI), AS menempati 10 besar di Indonesia. Jadi AS masih berperan penting buat kita," kata Bambang di Jakarta, Kamis (22/10). 

Masalah perlambatan ekonomi global termasuk perlambatan ekonomi China, juga akan menjadi bahan bahasan antar pimpinan kedua negara tersebut."Beliau (Jokowi) tidak hanya secara khusus datang untuk meningkatkan hubungan kerjasama kedua negara, tapi lebih pada konteks umum terkait kondisi ekonomi global, termasuk pelemahan ekonomi China," kata dia.

Bambang sendiri terpaksa tidak bisa mendampingi harus mengawal pembahasan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2016 hingga disahkan menjadi Undang-undang (UU) APBN.

"Saya tidak (ikut ke Amerika). Karena saya harus jaga APBN 2016. Saya seharusnya ke Investor Forum, bertemu investor-investor yang selama ini masuk ke Surat Utang Negara (SUN) kita," jelas Bambang.

Obama pasti juga akan mengkonfirmasi tentang masalah Laut Cina Selatan, dan Indonesia belum jelas posisinya. Amerika dan Cina sedang perang memperebutkan wilayah Laut Cina Selatan, yang sangat strategis bagi kepentingan zona ekonomi Amerika, terutama bagi kepentingan ekonomi Amerika.  

Namun, posisi Indonesia lebih dekat dengan Cina. Adakah Jokowi  akan tetap mempertahankan posisi dengan Amerika? Inilah yang menjadi pokok persoalan.  Apakah Jokowi akan berlaku 'kanan kiri ok'? Duit Cina juga ok, dolar Amerika juga dimakan?(sasa/dbs/voa-islam.com)


latestnews

View Full Version