JAKARTA (voa-islam.com)- Pada bulan Mei 2015, Indonesia kedatangan sekitar 1800 pengungsi asal Rohingya yang terdampar di pesisir Aceh. Sekarang mereka menjadi tanggungjawab pemerntah Aceh.
Mereka mengambil resiko untuk menempuh perjalanan yang sangat jauh dan menyiksa untuk menyelamatkan diri dari persekusi di tanah air mereka sendiri, hingga akhirnya terdampar dengan kondisi ketakutan, kelaparan dan kelelahan.
Saat ini sudah hampir 6 bulan para pengungsi Rohingya tinggal di Aceh, Indonesia. Mereka menghadapi masa depan yang tidak jelas; semakin mendekati batas waktu 1 tahun yang diberikan pemerintah Indonesia.
Sementara penanganan para pengungsi ini semakin menuai permasalahan. Diperkirakan, gelombang pengungsi kedua akan datang lagi.
Mengenai hal ini, SUAKA Dan Amnesty International, menaruh perhatian lebih atas kondisi krisis pengungsi di Asia Tenggara. Beberapa organisasi yang konsen terhadap isu kemanusiaan ini, melakukan investigasi langsung ke Aceh dan mencoba untuk mengidentifikasi permasalahan yang muncul.
Peneliti, Amnesty International, Papang, mengatakan, " Catatan kami untuk pemerintah, Kami meminta pemerintah, bisa mengeluarkan kebijakan kerangka aturan yang jelas, khususnya untuk pengungsi asing, " ujarnya, seperti rilis yang didapat wartawan voa-islam.com saat konferensi pers, di Kantor Lembaga Bantuan Hukum Jakarta beberapa waktu lalu.
Papang menambahkan, Kami membuat laporan dari kajian beberapa Camp di aceh.
“Secara umum pengungsi yang ada sebagian besar dari rohingnya, sebagian besar mereka mengungsi karena ada permasalahan khusunya di negaranya, myanmar,” pungkasnya.
Lebih lanjut papang menjelaskan, namun ada beberapa orang yang memanfaatkan sebagai objek perdagangan manusia.
“Ada juga, tindak kekerasan yang dialami pengungsi tersebut secara membabi buta. Dari riset yang kami kumpulkan, Indonesia sampai dengan februari 2016, Indonesia sudah cukup baik menyelesaikan permasalahan pengungsi asing, dibanding dengan Negara lain,” katanya.
Papang menambahkan, Permasalahan yang ditakutkan kedepannya, akan timbulnya kecemburuan sosial antara penduduk aceh yang juga banyak bermigran ke malaysia. Data yang kami peroleh, sedikitnya, kurang lebih 8000 orang, pengungsi tersebut berlayar, dan yang ditampung, kurang lebih, 2000 orang.
Yang sebagian berada di malaysia, dan sebagian lainnya kami tidak mengetahui, entah mereka tengelam atau hilang kemana, pungkas Papang. (Robigusta Suryanto/voa-islam.com)