View Full Version
Sabtu, 31 Oct 2015

Karena Pelaku BOM di Alam Sutera Cina Katolik, Maka Tidak Disebut Teroris

JAKARTA (voa-islam.com) - Sebenarnya polisi sudah berbinar-binar akan dapat "nama"  lagi, sesudah mendapat acungan jempol, karena berhasil mengungkap pelaku pembunuhan  atas Putri di Kalideres, kemudian ada "BOM" yang ngejedar di Alam Sutera.

Ini akan menjadi 'big news'. Tapi, ketika diungkap pelaku agamanya Katolik dan orang Cina, maka, polisi tak berani mengatakan pelakunya teroris. Cina Katolik yang ngebom alam sutera, bukan teroris, katanya.

Coba seandainya pelakukanya orang Islam, buang petasan pun sudah dijadikan tersangka teroris. Kali ini polisi merasa tidak mendapatkan seperti yang diinginkan yaitu "acungan jempol" dengan menangkap teroris, ternyata  pelakunya Cina Katolik. Kecele.

Sejak kejadian kali pertama (bom di toilet) di Mall Alam Sutera pihak kepolisian, para pengamat, BNPT dan media bernafsu untuk menggiring kasus ini masuk pada isu terorisme. Bahkan dicoba narasi keterkaitan dengan kelompok atau jaringan terorisme tertentu di Indonesia.

“Namun publik akhirnya dikejutkan oleh realitas aktual baru bahwa ternyata pelakunya adalah Leopard Wisnu Kumala (29) alias Leo dari etnis Cina dan beragama Katolik. Media akhirnya seperti gagap untuk menata ulang opini,” kata Direktur The Community of Ideological Islamic Analyst (CIIA), Harits Abu Ulya dalam pernyataan kepada intelijen, Jumat (30/10).

Menurut Harits, dalam isu terorisme, rakyat Indonesia selama ini dalam kerangkeng sudut pandang yang tendensius dan stigmatis. “Begitu mendengar teroris maka tergambar sosok pelakunya seorang muslim, berjenggot, jidat hitam, celana cingkrang, keluarganya bercadar, memandang Barat (AS) sebagai musuh,” ungkap Harits.

Kata Harits, meski jika ada seseorang atau beberapa orang yang dituduh hendak meledakkan dengan barang bukti material bahan petasan tapi jika punya ciri tersebut maka otomatis label teroris akan disandangnya.

“UU tahun 2003 nomer 15 soal terorisme pun diterapkan untuk menjerat. Jadi, Terorisme akan selalu dimaknai sebagai produk radikalisme dalam agama Islam. Terorisme di Indonesia itu identik dengan Islam, ini secara simpel di konstruksi oleh pihak pemerintah melalui aparaturnya dan diaminkan sebagian besar media,” ungkap Harits.

Harits mengungkapkan, hadirnya sosok Leopard dalam kasus bom Mall Alam Sutera seperti titik balik yang bisa meruntuhkan stigmatisasi terhadap Islam selama ini dalam isu terorisme.

“Leopard seorang dari etnis cina, beragama katolik, pandai meracik bom dengan bahan peledak hight eksplossive jenis Triaceton Triperoxide (TATP) kali pertama di Indonesia terjadi.Leopard melakukan empat kali pengeboman di Alam Sutera meski tidak semua meledak, sejak meletus bom nya di toilet Mall Alam Sutera jelas telah melahirkan teror yang meluas rasa tidak aman bagi publik, dan teror menjadi cara untuk meraih kepentingan opurtunisnya. Maka jika konsisten dengan nafsu untuk menarik kasus ini ke isu terorisme maka apa sulitnya untuk menyebut Leopard teroris?” tegas Harits.

Sebelumnya, Kapolda Metro Jaya Irjen Tito Karnavian menyatakan pelaku bukan teroris. “Pelaku tidak terkait dengan jaringan teror yang sudah dipetakan kepolisian selama ini,” ungkapnya. Sungguh luar biasa. Cina Katolik pun mulai main bom. (sasa/dbs/voa-Islam.com)


latestnews

View Full Version