View Full Version
Sabtu, 07 Nov 2015

Mimpi-Mimpi Presiden Jokowi, dan Pahitnya Kehidupan Rakyat Jelata

JAKARTA (voa-islam.com) – Jokowi puyeng. Target penerimaan pajak gagal. Padahal, APBN hampir 100 persen sumber penerimaan dari pajak. Jadi benar-benar rakyat itu nasibnya seperti handuk basah yang “diperas” habis oleh pemerintah dengan pajak. Semua digunakan mewujudkan mimpi-mimpi Jokowi.

Pajak yang sekarang dicapai belum mencapai 70 persen. Sementara itu, Jokowi dengan sangat ambisius, sebagai proyek “pencitraan” kepada rakyat. Segala proyek pembangunan sekarang dicanangkan.

Jokowi tidak ada hari tanpa “meresmikan proyek”. Semua bakal mentok alias menghadapi jalan buntu. Karena tidak adanya dana yang bakal digunakan mendanai proyek sudah menjadi proyek “pencitraan” itu.

Apalagi, Cina yang diharapkan, ekonomi juga melambat, dan pertumbuhan terus melorot, dan kini tinggal 6 persen. Bagaiman Cina mau dijadikan sandaran hidup bagi ekonomi Indonesia?

Begitu pula Amerika, pengusaha Amerika Serikat yang akan menanamkan modalnya sebesar $20 miliar dolar, baru diatas kertas, dan ekonomi Amerika juga terseok-seok.

Dibagian lain, pengamat dari Assosiasi Ekonomi dan Politik, mengatakan Presiden Jokowi banyak mengeluarkan kebijakan ketok magic atau bim salabim abra kadabra’ alias kebijakan ‘ngibul’.

Salamuddin Daeng dari Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI) menjelaskan kepada intelijen, Jumat (6/11). “Perilaku ‘ketok magic’ pemerintahan ini paling sedikit terlihat dalam dua hal yang menjadi polemik dalam kebijakan mengatasi krisis dan UU APBN 2016,” ungkap Salamuddin.

Kata Salamuddin, dalam mengatasi krisis besar kemungkinan ke depan pemerintahan Jokowi akan mengeluarkan paket kebijakan setiap hari. “Melalui paket kebijakan tersebu Jokowi mimpi uang besar, proyek besar, investasi besar, utang besar dan untung besar,” ungkapnya.

Salamuddin mengutarakan, UU APBN 2016 yang ambisius, dengan target penerimaan pajak naik 15 %, utang pemerintah dari dalam negeri naik 132 %, utang luar negeri naik 50 %. Selain itu pemerintah memberikan berbagai insentif dan keringanan pajak, penghilangan bea masuk, penghilangan bea keluar dan berbagai pengurangan beban biaya terhadap para investor.

Melalui APBN 2016 yang ambisius tersebut Jokowi mengaharapkan internasional, para investor melirik Indonesia yang memiliki rencana besar dan hebat,” jelas Salamuddin.

ia mengutarakan, UU APBN 2016 lebih tinggi kedudukannya secara hukum dibandingkan paket. Kalau pelanggaran UU bisa diminta pertanggungjawabannya oleh DPR. “Sementara kalau paket bisa dibuat dan dibatalkan pemerintah sendiri. Jadi investor pasti berfikir ini ‘ngibul’,” paparnya.

Terkait dengan UU APBN 2016, satu sisi target kenaikan pajak dan penerimaan begitu besar. Namun sisi lain pemerintah mengatakan berkomitmen memberikan fasilitas, keringanan dan bahkan penghapusan pajak serta insentif lainnya.

Semua pengusaha dan investor asing pasti merasa aneh dengan hal yang kontradiktif dalam APBNP 2016 sehingga mereka akan sampai pada kesimpulan pemerintah ‘ngibul’,” pungkasnya.

Begitulah ilmu sulap Jokowi yang terus dikeluarkan di depan mata rakyat jelata Indonesia. Sulap itu tidak merubah nasib rakyat jelata, yang semakin susah untuk hidup. (sasa/dbs/voa-islam.com)


latestnews

View Full Version