View Full Version
Jum'at, 13 Nov 2015

Tokoh Malari Hariman Siregar : Jokowi Bakal Bangkrut, Tidak Becus Jadi Pemimpin

JAKARTA (voa-islam.com) - Ternyata rakyat terkecoh oleh  gaya penampilan,  dan hobinya yang "blusukan", tapi  tidak mengubah apapun kehidupan rakyat. Hanya mencari sensasi, dan pencitraan, akibatnya negara mengarah bangkrut.

Menurut tokoh mahasiswa yang menggerakan aksi  Malari, Hariman Siregar, mengatakan pemerintahan Presiden Jokowi sedang diujung tanduk,  dan bakal bangkrut. Pasalnya, pemerintahan ini tak memperlihatkan kemampuan menyelesaikan persoalan bangsa.

“Pemerintahan Jokowi ini sudah diujung tanduk dan bakal bangkrut. Berbagai persoalan tak bisa diselesaikan. Rakyat menghadapi tekanan hidup yang makin berat dan sulit,” papar Hariman saat acara curah pendapat ‘Gerakan Selamatkan NKRI’ di Jakarta, Kamis (12/11/2015)

Hariman mengatakan kondisi berbangsa dan bernegara di Indonesia saat ini didera dengan berbagai persoalan. Baik politik, ekonomi bahkan sudah semakin menunjukkan ke arah tanda-tanda berbagai menimbulkan masalah sosial.

Dia memberikan contoh. Ekonomi Indonesia yang ever produksi namun tidak bisa dijual ke pasar akibat lesunya ekonomi dunia. Namun anehnya Indonesia justru tetap tak bisa lepas dari ketergantungan impor. “Lucunya, semuanya kita impor,” ungkapnya.

Kehidupan politik juga nyaris tidak pernah berhenti dari kegaduhan. Baik konflik internal parpol maupun saling serang antara parpol. Semua itu terjadi karena perebutan kue kekuasaan, baik di pusat maupun daerah yang diperparag dengan rencana pilkada serentak.

“Artinya partai sudah berubah menjadi faksi. Dan faksi berubah jadi geng. Ini saya baru baca kemaren, di PKS saja katanya ada faksi-faksi. Faksi keadilan dan faksi kesejahteraan. Keadilan katanya cenderung basah. Keliatan pecah-pecah begitu karna semuanya bikin faksi sendiri,” paparnya.

Penyelenggaraan proses politik di Indonesia sudah semakin jauh dari prinsip-prinsip yang mengacu pada UUD 1945 dan Pancasila. Bahkan, Hariman mengaku heran banyak konflik yang terjadi di berbagai kelompok politik akibat pertarungan kepentingan.

Untuk itulah dia mengajak semua elemen bangsa melakukan konsolidasi. Dia mengajak agar bangsa ini kembali ke Undang-Undang Dasar 1945 dan Pancasila. Hanya dengan cara ini, menurutnya, Indonesia kembali ke jalan yang benar.

Jokowi yang bukan pemimpin partai partai politik, nampaknya hanya menjadi "pajangan" alias "boneka" dari Mega dan PDIP, dan melaksanakan agenda politik dari Partai yang berlambang Banteng itu,  dan tidak dapat mandiri menentukan kebijakan pemerintahannya.

Sehingga, sekarang Jokowi bingung,  dan harus lagi melakukan reshufle kabinet. Jokowi  persis Abdurrahman Wahid, yang gonta-ganti menteri. Karena memang tidak  memiliki kemampuan mengelola negara. Loncat dari walikota terus menjadi presiden. Dari memimpin Solo yang berpenduduk 1 juta, terus memimpin Indonesia yang penduduknya 250  juta. (sasa/TS/voa-islam.com)


latestnews

View Full Version