View Full Version
Ahad, 29 Nov 2015

Layakkah Aparat Keamanan Indonesia Khawatir terhadap Ancaman IS?

JAKARTA (voa-islam.com) - Nampaknya bukan hanya Amerika, Rusia, Perancis, Iran dan sejumlah  negara lainnya yang sangat khawatir terhadap ancaman IS tapi Indonesia juga termasuk. Apalagi setelah serangan di Paris Jum'at, 13 Nopember lalu membuat geger seluruh dunia, maka semua pemimpin dunia bersiap-siap mengantisipasi kemungkinan serangan "teroris" di negara mereka.

Sementara itu, Kapolri Jenderal Badrodin Haiti mengatakan jajarannya sedang memantau pergerakan warga Indonesia yang pulang dari Suriah. Pengawasan ini untuk mengantisipasi ancaman dari Islamic State (IS).

Badrodin mengakui sulit memantau mereka yang datang secara diam-diam. "Sulit dilacak," ujar dia di Markas Besar Polri, 27 November. Menurut Badrodin, warga Indonesia yang kembali ini belum tentu terlibat dalam perang bersama IS.

Potensi teror, menurut Badrodin, justru berasal dari warga negara asing yang turut ke Indonesia. Hingga kini, polisi telah menangkap empat orang asing yang diduga berpotensi melakukan aksi teror di Indonesia. Penangkapan itu dilakukan pada September 2014 oleh Polda Sulawesi Tengah. Mereka adalah bagian dari jaringan teroris pimpinan Santoso. Empat orang asing itu berjulukan A Basyit, A Bozoghlan, A Bayram, dan A Zubaidan.

Kepala Kepolisian Daerah Metro Jaya Inspektur Jenderal Tito Karnavian mengatakan jumlah warga Indonesia yang teridentifikasi bergabung dengan IS mencapai 384 orang. Sebanyak 54 di antaranya tewas di Suriah dan 59 orang lainnya masih bersama IS. “Data ini confirmed by the name, ujar Tito.

Di bagian lain,  pengamat terorisme Haris Abu  Ulya mengatakan bahwa potensi ancaman "teroris" di Indonesia tidak  terlalu besar. Tidak seperti di Timur Tengah atau Eropa. Jadi menurut Haris, pemerintah Indonesia tidak perlu reaksi berlebihan dengan adanya "teroris" yang akan menyerang Indonesia,  ujarnya.

Wawan Hari Purwanto, tim ahli Badan Nasional Penanggulangan Terorisme, mengatakan mereka yang pulang dari Suriah berjumlah sekitar 220 orang. Kurang-lebih 30 orang di antara mereka adalah anak-anak, sedangkan delapan lainnya ditangkap lantaran terbukti menjadi milisi ISIS. “Yang lain masih dalam pengawasan,” tuturnya. 

Menurut Wawan, ada beberapa alasan mereka kembali ke Tanah Air, antara lain iming-iming yang dijanjikan tidak sesuai dengan harapan. Mereka tidak menguasai medan perang, sehingga banyak koleganya yang tewas. Sebagian lainnya mengaku pergi ke Suriah untuk mencari anggota keluarganya.

Direktorat Jenderal Imigrasi diharapkan menindak tegas orang-orang yang berangkat ke Suriah untuk bergabung dengan IS, misalnya dengan mencabut paspor mereka. Namun pencabutan paspor ini belum diatur. “Mereka kebanyakan menyeberang melalui jalur ilegal,” kata juru bicara Direktorat Jenderal Imigrasi, Heru Santoso,  27 November.

Heru mengaku belum mendapat laporan tentang jumlah warga Indonesia yang kembali dari Suriah. “Kalau kami diajak, pasti akan kami screening,” tuturnya.

Pihak bandara pun belum diajak berkoordinasi, sehingga tidak ada strategi khusus untuk menangani kedatangan mereka kembali ke Indonesia. "Kami tetap mengantisipasi," kata juru bicara PT Angkasa Pura I, Ida Bagus Ketut Juli Adnyana. Jadi apa yang harus dikhawatirkan? (dinda/dbs/voa-islam.com)

Editor: RF


latestnews

View Full Version