JAKARTA (voa-islam.com)--Banyak tudingan bahwa partai Islam di Indonesia adalah partai yang kehilangan arah.
Mereka tenggelam dalam arus demokrasi yang bukan berasal dari Islam. Sehingga, dikatakan partai Islam adalah penikmat ideologi kufur, termasuk partai Islam pertama di Indonesia Masyumi.
Namun hal ini dibantah oleh mantan wartawan Majalah Islam Sabili yang juga seorang penulis buku “Belajar dari Partai Masjumi”, Artawijaya.
Menurut Arta, demokrasi dalam pandangan Mohammad Natsir dan Masyumi adalah demokrasi yang berlandaskan nilai-nilai syariat Islam. Sehingga, salah jika dikatakan Natsir dan Masyumi telah kufur.
“Masyumi berjuang lewat demokrasi, yang dalam pandangan Mohammad Natsir bukan demokrasi yang liberal, bukan demokrasi ala Barat. Tapi demokrasi yang diatur oleh syariat Islam, oleh wahyu ilahi. Yang dalam bahasa Pak Natsir disebut dengan theistik demokrasi,” jelas Artawijaya saat berbincang dengan voa-islam, Senin (20/12/2015) di Jakarta Timur.
Selain tudingan kufur terhadap Natsir dan Masyumi, adapula tudingan yang berlainan arah. Yaitu tudingan bahwa Natsir dan Masjumi adalah kelompok Islam radikal dan bukanlah kelompok yang mempunyai rasa nasionalis.
Namun lagi-lagi menurut Artawijaya, hal demikian adalah tudingan yang keliru dan tanpa dasar yang kuat.
Artawijaya mengungkapkan bahwa tokoh-tokoh Masyumi adalah yang tidak diragukan lagi kecintaannya terhadap Indonesia.
“Tokoh-tokoh Masyumi adalah tokoh-tokoh yang nasionalismenya tidak diragukan. Nasionalisme yang digagas berbeda dengan nasionalisme yang sekuler oleh Soekarno cs. Yaitu nasionalisme (Masyumi) yang tidak menghilangkan asas-asas keislaman. Nasionalisme yang tegak atas dasar Islam. Ini terbukti dalam perjuangan dan jasa mereka untuk negara Indoensia,” ungkap Artawijaya.* [Nizar/Syaf/voa-islam.com]