JAKARTA (voa-islam.com)- Pernah Mantan Presiden RI ke-4, yaitu Abdurrahman Wahid disidang oleh para alim ulama di Nahdlatul Ulama (NU). Sebab Gusdur, sapaan akrabnya, disidang karena Gusdur ingin membuat partai dan menggaungkan demokrasi di Indonesia.
“Di Cilacap pada waktu itu ada peradilan Gusdur. Pada saat itu para Kiai salah paham karena keinginan Gusdur berjuang jalur demokrasi. Lantas Gusdur menjelaskannya,” kata Ketum PKB, Muhaimin Iskandar, kemarin (22/12/2015), saat Haul Gusdur, di PKB, jalan Raden Saleh, Jakarta.
Namun pada saat disidang, Gusdur menjelaskan mengapa ia harus berlaku demikian. Salah satu di antaranya Gusdur mengucapakan bahwa dengan demokrasi, PBNU dapat berjuang lebih luas untuk negara RI. Yakni sebagai contoh orang-orang NU dapat didudukkan sebagai pejabat dan bisa memiliki media.
“Kalau kita tidak ada demokrasi, maka kita tidak akan mempunyai Koran (media) dan pejabat. Dan dengan ini PKB bisa ikut mengatur negara RI,” lanjut Muhaimin yang mengutip ucapan Gusdur.
Atas dasar persetujuan PBNU-lah maka PKB lahir. Muhaimin juga menyatakan PKB (NU) tidak akan pernah berhenti berjuang demi bangsa dan negara, kecuali nanti memang tidak lagi dibutuhkan. “Tapi nyatanya NU kembali berjuang,” tambahnya singkat.
Di lain sisi, di saat ia menceritakan pengalamannya bersama Gusdur, Muhaimin sempat menyinggung media Tempo. Media ini dianggap Gusdur tidak perlu dibela, terlebih pada saat Tempo dibredel oleh Pemerintah. Karena menurut Gusdur, media Tempo pada saat itu tidak pernah satu kalipun membela kepentingan PBNU.
“Gusdur juga pernah ucapkan bahwa tidak perlu membela Tempo yang saat itu dibredel oleh Pemerintah. Padahal saat itu saya ikut turun ke jalan untuk membela. Kata Gusdur, Tempo itu tidak pernah utuh mengutip ucapannya. Dan selain itu media saat ini juga banyak yang partisan,” katanya lagi. (Robigusta Suryanto/voa-islam.com)