JAKARTA (voa-islam.com)- Beginilah pandangan jika masyarakat DKI Jakarta dan Indonesia dipimpin oleh etnis Cina. Siapkah kita?
Lanjutan analisa dan realita pengamat politik, Prof. Nazaruddin Sjamsudin:
“Saking ketatnya hukum di sana (Singapore), orang tidak berani melanggar. Bayangkan saja, orang Indonesia begitu sampai di S'pore langsung taat hukum!
Betapa tidak, hukum S'pore tidak pandang bulu. Dulu pernah ada bocah AS mencoret-coret mobil orang di parkiran, dia kena ancaman hukuman cambuk. Kedubes AS protes keras lantaran warganya itu belum dewasa. Pemerintah S'pore cuek saja. Sang anak tetap dicambuk. Jadi, orang Amerika saja dibegitukan, apalagi orang Indonesia?
Senang kan kalau Jakarta bisa seperti S'pore?
Dan itu tidak akan lama lagi. Singkatnya setelah 2017, kalau Ahok terpilih lagi jadi Gubernur DKI.
Saya perkirakan, nanti Jakarta akan diperindah. Daerah kumuh akan dihapus; di sana nanti akan dibangun high rising apartments.
Trotoar yang sekarang ini dalam bentuk asal bangun, nanti akan dibenahi. Motor tidak boleh lagi melintasi, sehingga mengganggu pejalan kaki. Mobil dan bis tidak boleh lagi parkir di trotoar seperti sekarang. Tukang jualan dan bangunan-bangunan yang tidak pantas ada di sana akan digusur.
Mari kita lanjutkan. Kemacetan Jakarta diatasi lebih cepat, tidak cukup dengan hanya membangun infrastruktur, tetapi juga dengan cara-cara lain.
Semua cara itu bertujuan untuk menghambat arus masuknya mobil dan motor ke dalam kota
Untuk itu para pengguna mobil pribadi dan motor akan "dipaksa" naik kendaraan angkutan umum massal, termasuk MRT. Dalam hubungan ini, biaya operasional kendaraan pribadi dan motor akan dibuat mahal, sekaligus juga untuk menambah isi kocek Pemerintah DKI.
Tarif parkir akan dibuat mahal, minimal Rp10 ribu/jam untuk mobil dan Rp5 ribu/jam untuk motor. Ini belum lagi biaya ERP di jalan-jalan tertentu. Apalagi ya? Itu loh, BBM untuk mobil dan motor anda perlu jg dikenakan pajak daerah, biar anda kapok, sehingga mau naik MRT/LRT dan TransJakarta.
Jakarta juga akan menjadi kota mahal seperti S'pore, sehingga tidak mungkin didiami oleh orang-orang dengan penghasilan pas-pasan, apalagi berpenghasilan rendah.” (Robigusta Suryanto/voa-islam.com)