JAKARTA (voa-islam.com)- Saham besar ketidakadilan bagi Negara-negara Barat untuk negeri Islam nampaknya masih setengah hati. Tipu daya atas nama demkorasi pun dinilai hanyalah lips service untuk mengeruk keuntungan dari negeri-negeri Islam yang umumny kaya akan sumber daya alam.
Fahri Hamzah, yang beberapa waktu lalu berada di Baghdad, Irak untuk menghadiri konferensi Parliamentary Union of Islamic Countries (PUIC) ke-11 bahkan menyebut saham terbesar demokrasi dalam kekerasan itu telah didominasi.
“Ketidakadilan, kemunafikan dan ambiguitas global telah bersaham besar dalam menumbuhkan kultur kekerasan dalam demokrasi. Inilah yang harus kita catat baik-baik,” tulis Fahri dalam siaran pers yang didapat voa-islam.com.
Fahri meyakini, jika hal ini terus terjadi, maka di kemudian hari Negara-negara, khususnya Negara Islam akan “menteror” dengan aksi-aksi kekerasan.
“Saya meyakini, sepanjang ketidakadilan, kemunafikan dan ambiguitas menjadi karakter dasar dalam interaksi tatanan masyarakat global, maka ke depan dunia akan terus diwarnai aksi-aksi kekerasan dan terorisme.”
Untuk mengabulkan cita-cita damai bagi seluruh penduduk dunia, Fahri menghimbau agar Negara-negara Islam yang duduk di parlemen berkontribusi mewujudkannya. Yakni memperjuangkan keadilan itu dengan menjaga rasa istiqomah yang ada di setiap Negara.
“Mendambakan dunia yang lebih beradab hanya akan menjadi angan-angan. Parlemen Muslim dunia harus secara konsisten menyuarakan dan memperjuangkan keadilan global. Kita harus ikut berkontribusi nyata dalam mewujudkan masyarakat yang lebih beradab dan lebih menjunjung tinggi harkat dan martabat kemanusiaan.”
Karena di dalam Islam, kemanusiaan adalah hal yang tercipta, membentuk tatanan dinia global yang adil. “Selain Islam, kemanusiaan adalah juga yang menyatukan kita untuk menciptakan tatanan global yang lebih adil.” (Robigusta Suryanto/voa-islam.com)