View Full Version
Senin, 08 Feb 2016

Dianggap Berhala, Teroris Tidak Makan Makanan dari BNPT/Pemerintah

JAKARTA (voa-islam.com)- Ruang penjara yang ada untuk napi atau pelaku tindakan terorisme diakui oleh Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) sudah over capacity. “Lapas di Indonesia ini sudah kelebihan kapasitas. Tidak sesuai dengan hunian lagi. Semua bergabung di sana. Korupsi, kriminal, dan narkoba semua kumpul. Dan memang negara kita hanya baru mampu segitu,” kata Saud Usman Nasution, beberapa waktu lalu, di DPP PKB.

Dengan kapasitas yang dapat dikatakan tidak memadai, tidak berarti BNPT tidak mampu dapat melakukan identifikasi para napi atau pelaku tindakan terorisme. Ia mengaku, di dalam menggunakan pendekatakan di dalam penjara, BNPT masih bisa dapat berbicara. Namun ada pula yang diakui olehnya yang sulit diajak bicara atau dialog.

BNPT menurutnya menggunakan cara-cara seperti itu untuk mengubah mainset para pelaku tindakan terorisme. “Kita tanya pula ke teman-temannya dan keluarganya.

Selain itu, ia juga mengatakan BNPT melakukan ulama-ulama dari Timur Tengah dalam menghadapi pelaku tindakan terorisme tersebut. Akan tetapi ia mengatakan ada hal menarik di saat BNPT mengahadirkan ulama dari Timteng tersebut. Misalnya ulama tersebut diminta oleh BNPT untuk menemui Abubakar Baasyir tetapi ulama itu tidak menginginkannya.

“Kita datangkan pula ulama-ulama dari Timur Tengah. Kita minta bertemu dengan Abubakar Baasyir akan tetapi ulama itu tidak menginginkannya. Padahal Abubakar belajar sama ulama tersebut. Namun ada pula yang pelaku yang tidak ingin berbicara karena mereka menilai bahwa kita dianggap thogut (berhala). Ada juga yang tidak mengingkan makanan yang kita berikan. Napi hanya mau makan makanan dari keluarganya saja,” ceritanya. (RobigustaS/voa-islam.com)


latestnews

View Full Version