JAKARTA (voa-islam.com)- Desakan agar Negara yang tergabung dalam KTT OKI untuk bersikap nyata disuarakan lebih dari beberapa tahun silam. Di antaranya, sesuai dasar pembentukan awal yakni untuk Palestina, OKI diminta tegas ambil tindakan nyata tersebut (baca: kemerdekaan).
Belum lagi di bagian negara Islam lainnya, yang misalnya diperhatikan oleh Wakil Ketua DPR RI, Fahri Hamzah dengan menyayangkan kondisi di Irak saat ini yang belum bisa penuh menjadi sebuah negara yang mandiri dan berdaulat selepas tumbangnya rezim Saddam Husein.
Sebagai sebuah negara Muslim dengan wilayah yang besar, berpenduduk sekitar 35 juta orang, dan pernah menjadi negara kuat di wilayah Timur-Tengah, maka setelah dapat lepas dari masa lalunya itu sudah saatnya kini Irak dapat meraih posisi gemilangnya kembali.
“Lepas dari potensi konflik sektarian yang tampaknya masih akan selalu membayangi denyut kehidupan sebagian besar warga Irak, potensi besar Irak masih bisa dan harus ditempa agar mewujud nyata kembali. Konferensi PUIC ke-sebelas yang diadakan di Baghdad, turut memberikan andil dalam mengoptimalkan kesempatan negeri itu untuk dapat menjadi negara yang mandiri dan berdaulat penuh,” ujar Fahri dalam siaran persnya, di Gedung DPR, beberapa waktu lalu.
Itulah sebabnya, kata Fahri Hamzah, salah satu tujuan delegasi Indonesia yang dipimpinnya waktu itu adalah untuk memastikan bahwa seberapapun potensi yang dimiliki Irak, potensi itu haruslah dapat digarap dengan baik dan cerdas agar Irak dapat kembali berdikari. Dukungan dari para anggota PUIC ini jelas sangat besar pengaruhnya.
“Dan pada ghalibnya memang PUIC adalah perkumpulan parlemen negara-negara OKI yang bertujuan antara lain agar anggotanya dapat saling dukung dan topang untuk dapat membantu kedaulatan dan kemandirian negara-negara anggota yang memerlukannya baik dari sebab-sebab internal maupun eksternal,” tegasnya.
Wakil Ketua DPR RI Fahri Hamzah mengharapkan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Luar Biasa soal Palestina yang akan diselenggarakan di Jakarta, pada 6-7 Maret 2016, benar-benar dapat memberikan solusi terkait persoalan Palestina dan khususnya Mesjid Al Aqsha. Dirinya berharap negara-negara OKI dapat menempatkan persoalan Palestina dan Mesjid Al Aqsha bukan lagi sebagai persoalan rakyat Palestina saja, tapi sebagai persoalan rumah tangga dan persoalan umat Islam di seluruh dunia.
“Persoalan Mesjid Al Aqsha bukanlah persoalan Palestina semata tapi persoalan dunia khususnya umat Islam karena posisinya sebagai kota suci, yang dalam keyakinan agama Islam sebagai salah satu tempat yang harus dikunjungi karena keutamanan-keutamaannya. Kalau negara-negara OKI sudah menganggapnya sebagai persoalan domestik, maka agenda KTT yang dilakukan di Jakarta, harus bisa menindaklanjuti secara konkrit dan mengambil keputusan-keputusan yang mengikat anggota-anggota OKI baik yang berada di sekitar Palestina, seperti Mesir, Yordania, Suriah dan Turki, maupun anggota-anggota lainnya yang jauh seperti Indonesia,” sampainya. (Robi/voa-islam.com)