View Full Version
Jum'at, 01 Apr 2016

Pelacur Intelektual: Membenarkan Proses Kolonialisasi, Perbudakan dan Aboriginisasi

JAKARTA (voa-islam.com)- Aktivis yang juga seorang pengamat politik menyatakan elit atau tokoh politik seperti tidak mengenal satu sama lain. Selain itu, sistem yang ada di Indonesia pun seolah tidak lagi dipakai, dan lebih memilih sistem luar yang jelas-jelas tidak menguntungkan Indonesia.

Bahkan di lembaga-lembaga pendidikan, para mahasiswa pun telah merasa “superior” bila mampu menjadi “seorang” kolonialis.

Berikut sorotan lengkapnya dari Haris Rusly dari Petisi 28. Didapat oleh voa-islam.com melalui siaran persnya, kemarin (31/03/2016).

“….Elite politik dan masyarakat kita menikmati menjadi bangsa ‘kanibal’ yang merasakan nikmatnya memakan daging saudara kita sendiri yang menjadi bagian dari tubuh kita. Kita terpukul mundur dari bangsa beradab menjadi bangsa  ‘tribalisme’ yang mementingkan kepentingan suku, parpol, golongan dan agama.

Para aktivis kita bangga menjadi koloni teori dan koloni ideologi bangsa lain. Para ‘pelacur intelektual’ di kampus bangga menjadi ‘marsose’ perang fikiran yang membenarkan proses kolonialisasi, perbudakan dan ‘aboriginisasi’ dengan berbagai argumen dan ‘jampi-jampi’ teori sosial yang dijiplak dari para ilmuan sosial negara penjajah.

Demikianlah arah dari operasi mindset atau the war of mindset, yang dilancarkan oleh kekuatan asing yang saat ini kita raskan, telah berhasil menciptakan situasi bangsa kita persis seperti seekor kodok yang ditaruh di dalam panci berisi air yang bernama globalisasi ekonomi liberal dan demokrasi liberal.

Tanpa kita sadari, pandangan hidup, cara berpikir dan perilaku kita ternyata telah dirubah secara sangat mendasar. ….” (Robi/voa-islam.com)


latestnews

View Full Version