View Full Version
Sabtu, 02 Apr 2016

Indonesia Dikuasai Media (Asing) Melalui Opini yang Diciptakan?

JAKARTA (voa-islam.com)- Siapa sangka bila saat ini masyarakat Indonesia umumnya, dan khususnya para sebagian elit atau tokoh politik telah masuk dalam perangkap kekuasaan Asing? Kita bahkan tidak mengetahui kalau saat ini sedang digenggam dan dikendalikan para musuh-musuh. Dan mereka datang dari berbagai bentuk atau rupa.

Berikut analisa Haris Rusly dari Petisi 28 melalui siaran persnya yang didapat voa-islam.com.

“….Yang menjadi target untuk ‘dibunuh’ atau ‘dikuasai’ dalam medan perang mindset tersebut bukan tubuh kita. Pikiran dan perasaan adalah sasaran dan objek untuk dibunuh atau dikuasi. Kekuatan asing telah berhasil menyusup dan menguasi alam pikiran kita. Perasaan, selera hingga mimpi kita telah berada dalam genggaman dan kendali musuh kita yang datang tanpa bentuk.

Ketika cara pandang para penyelenggara negara dan sebagian besar rakyat kita telah dikuasai oleh kekuatan neokolonialis, maka arah atau haluan bernegara tidak lagi ditentukan oleh wakil rakyat atau yang digariskan oleh konstitusi, tapi ditentukan oleh opini publik yang dibentuk melalui operasi mindset yang menggunakan berbagai perangkat perang seperti sistem ekonomi-politik liberalisme dan teknologi informasi.

Setiap saat rakyat kita dapat direkayasa dan dibentuk mindsetnya untuk menerima bentuk baru dari penjajahan asing dengan gembira dan gegap gempita. Setiap waktu rakyat kita dapat dibenturkan satu dengan yang lain dalam menyikapi sebuah perubahan lingkungan yang menabrak pranata bernegara yang diatur melalui berbagai perangkat peraturan dan perundang-undangan.

Setiap saat negara Indonesia dapat saja dipecah dan mendapat dukungan dari segenap rakyatnya. Pada tulisan seri sebelumnya, telah kami contohkan tentang dua peristiwa besar di dunia yang terjadi dalam satu dekade, yaitu operasi mindset untuk mendisintegrasi, memecah dan meruntuhkan, negara Uni Sovyet yang sangat kuat secara ideologi, serta mengunifikasi dua negara beda ideologi, German Barat dan German Timur, yang dipisahkan oleh tembok. Ketika kedua peristiawa akbar tersebut terjadi, sebagian besar rakyat di negara tersebut justru menyambut dan mendukung dengan gembira. ….” (Robi/voa-islam.com)


latestnews

View Full Version