JAKARTA (voa-islam.com)- Mantan Menteri Pemuda dan Olahraga, Adyaksa Dault mengaku ikut bursa calon untuk Gubernur DKI Jakarta mendatang karena dilandasi atas adanya ucapan yang mengatakan bahwa ‘lebih baik memilih non muslim tidak korupsi daripada memilih peminpin muslim yang korupsi.
Menurutnya, ucapan ini tidak sesuai realita yang ada. “Kita ini hidupa di zaman munafik. Yang bohong diangkat-angkat. Saya maju menjadi bakal calon Gubernur karena ada yang mengatakan hal demikian. Ya, makanya saya beranikan diri maju. Karena kata-kata tersebut mengdiskreditkan seolah-olah seluruh muslim itu koruptor,” tegasnya, Kamis (21/04/2016), di Matraman, Jakarta.
Walaupun diakuinya berat untuk maju sebagai Gubernur, ia meyakini program yang telah ada dapat meminimalisir keadaan itu.
Program untuk membangun Jakarta sudah ada. Selain itu, kita harus membenahi hal-hal yang tidak lurus menjadi harus kembali lurus, bukan justru malah kita membuat kebijakan baru,” katanya.
Adyaksa juga mengamati persoalan yang terjadi di Jakarta saat ini. Jakarta yang dipimpin oleh Basuki Tjahaj Purnama atau Ahok ia mengajak agar masyarakat jeli apa-apa yang telah ia jalankan. “Misalkan saja soal kenaikan Pajak Bumi Bangunan (PBB). Dalam kebijakan itu tentunya akan memberatkan beberapa pihak. Karena beratnya itu, lantas mereka menjualnya. Ini jelas cara-cara atau konsep kapitalisme liberal yang diterapkan oleh Ahok,” keterangannya.
Karena itu, dengan segala kekurangan dan kelebihan ia berani ikut menjadi bakal calon Gubernur DKI periode 2017-2022 mendatang. Atas keberanian dan kesadaran itu, bilamana akhirnya eletabilitas diperoleh rendah, ia pun tidak sungkan-sungkan memberikan suara atau memilih calon lain.
“Mumpung saya ini masih hidup. Saya akan lawan konsep kapitalis liberal itu. Dan jika pun nantinya elektabilitas saya rendah dari yang lain, saya akan mundur. Sehingga nantinya kita dapat bersatu,” tutupnya. (Robi/voa-islam.com)