JAKARTA (voa-islam.com)- Demo buruh yang baru saja digelar hampir di seluruh Indonesia, dalam memperingati May Day dinilai akan sia-sia. Pasalnya, buruh saat ini kental dengan pesan politiknya daripada memperjuangkan upah.
Buruh yang pernah menjajal masuk lewat politik, misal membangun sebuah partai menjadi penyebab utamanya. "Tapi sudah beberapa kali Pemilu dan untuk urusan politik buruh sulit kompak, jadi ya tiap May Day tuntutannya tetap sama," ujar pengamat politik Hendri Satrio pada akun Twitter miliknya, kemarin.
Pengamat universitas Paramadina ini juga menyatakan, bila saja buruh bisa konsisten dan tetap bersatu pada permintaannya, terlebih soal memilih pemimpin, maka hal itu kemungkinan dapat terlaksana.
"Kalau buruh bisa terus kompak seperti saat minta kenaikan upah, maka Presiden yang datang dari kaum Buruh hanya tinggal tunggu waktu saja."
Pada perayaan Hari Buruh kemarin, Minggu, 1 Mei 2016, ratusan buruh turun ke jalan. Permintaannya pun tetap sama. Misalnya saja mencabut PP No. 78 Tahun 2015 tentang Pengupahan. Namun, hingga datang waktu perayaan besar ini, permintaan buruh tetap tidak digubris oleh pemerintah.
Buruh menilai, dengan adanya PP itu, justru akan semakin memberatkan untuk menuju masyarakat yang sejahtera. (Robi/voa-islam.com)