JAKARTA (voa-islam.com)- Tentara Nasioanal Indonesia (TNI) mempunyai sejarah lahir dari kekuatan rakyat dihimbau agar kembali ke rakyat. Jangan justru bertindak menyakiti rakyat. Pun termasuk dengan aparat kepolisian.
Dalam kasus penggusuran yang ingin dilakukan oleh Pemda DKI di bawah naungan Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok mungkin sangat kental dengan penggunaan TNI dan polisi di dalam mengamankan kebijakannya. Dan menurut Andi Arief yang juga mantan staff presiden SBY ini juga mengingatkan bahwa reformasi yang ada saat ini bukan justru dimanfaatkan untuk menggunakan kekuasaan secara berlebihan.
Ahok menahan diri, TNI/Polri kembali ke rakyat. Rasisme akan menjadi musuh rakyat. Reformasi itu menuntut kesetaraan, tetapi menggunakan kekuasaan secara berlebihan menggunakan TNI/Polri itu membahayakan kesetaraan,” katanya, melalui akun Twitter pribadi miliknya.
TNI juga seharusnya mengerti bahwa sesungguhnya rakyat yang butuh TNI, bukan justru sebaliknya. Pun begitu pula dengan para penguasa, rakyat yang ingin dimengerti penguasa, bukan sebaliknya.
“Rakyatlah yang harus dimengerti, bukan rakyat yang harus memahami penguasa. Bukan rakyat yang disuruh mengalah, tapi Ahok dan elemen kekuasaan seperti TNI/Polri yang harus berubah lebih dulu.”
Dan menurutnya, isu-isu rasial yang terjadi juga bukan ulah rakyat atau pribumi, melainkan Ahok sendiri yang memainkan isu itu. Ahok memainkannya dengan sikap dan etik yang berlebihan dalam mengahadapi warganya sendiri.
“Isu Rasis yang diusung rakyat ini rekasi, bukan aksi. Ahok yang memulai dengan cara ekstrem gaya mentang-mentang dan gunakan TNI/Polri. Ini fakta.” (Robi/voa-islam.com)