View Full Version
Sabtu, 07 May 2016

Ada Hukum di Al-Quran Bagaimana Cara Mengurus Sebuah Negara, Ikutilah

JAKARTA (voa-islam.com)- Untuk membangun sebuah bangsa tidak hanya dapat megandalkan kemampuan membangun infrastruktur sebagaimana yang digaungkan oleh pemerintahan Joko Widodo dan Jusuf Kalla. Di dalam membangun, masyarakat dan pemerintah seharusnya berpikir pula bagaimana perkembangan untuk memahami geopolitik yang terjadi. Pun dengan nilai-nilai filosofisnya.

“Peribahasa yang ada di negeri ini sangat dinamis terkait pemahaman ‘geopolitik’, bahwa tiap-tiap tempat kita berpijak dengan lingkup ruang dan waktu yang berbeda pasti menghadirkan situasi dan lingkungan yang berbeda, atmosfir yang berbeda, masalah yang berbeda, tantangan dan ancaman yang berbeda.

Peribahasa warisan leluhur tersebut menyampaikan pesan kepada kita untuk tidak menggunakan ‘kaca mata kuda’ dalam menyelesaikan setiap masalah bangsa yang dihadapi. Kita membutuhkan filsafat dan metodelogi ilmu pengetahuan untuk mengenali, menafsirkan, meredefenisikan dan merumuskan setiap tahap pertumbuhan sejarah dan perubahan situasi lingkungan,” demikian kata aktivis Haris Rusly dalam siaran persnya yang diterima voa-islam.com, beberapa hari lalu.

Dalam kitab suci umat Islam pun telah diajarkan bagaimana saat menghadapi hal-hal yang berubah dengan cara yang cukup elegan. “Jika kita belajar kepada kitab suci al-Quran dan seluruh kitab-kitab yang diturunkan sebelum Quran, maka kita akan menemukan bagaimana Allah mengajarkan kepada kita untuk senantiasa meredefenisi dan merumuskan ulang situasi dan lingkungan untuk mengadaptasikan nilai-nilai dalam situasi dan lingkungan selalu berubah.

Dalam al-Qur’an Allah menjelaskan: ‘Kami tidak mengutus seorang rasul pun, melainkan dengan bahasa kaumnya, supaya ia dapat memberi penjelasan dengan terang kepada mereka’. Dari bunyi ayat tersebut sangat jelas mengandung pesan ‘bahkan kehendak yang dijunjung oleh langit pun harus berpijak di atas keadaan di bumi’.”

Karena itu, lanjutnya, tidak mungkin Allah menjelaskan dan membimbing nilai nilai illahiah-Nya kepada umat manusia menggunakan bahasa dan cara-cara ketika menghadapi malaikat yang hanya mengenal kebaikan dan kebenaran, atau syaitan yang hanya mengenal kejahatan dan kemungkaran.

“Karena itu, istilah ‘bahasa’ yang digunakan al-Qur’an tersebut tak bermakna denotatif sebagai alat komunikasi semata. Istilah ‘bahasa’ juga bermakna konotatif, yaitu bermakna keadaan lingkungan, sejarah dan budaya kaumnya. Quran diturunkan sesuai dengan situasi dan lingkungan yang membentuk sejarah dan problem ekonomi dan politik yang sedang dihadapi oleh bangsa Arab ketika itu.” (Robi/voa-islam.com)


latestnews

View Full Version