JAKARTA (voa-islam.com)- 18 Tahun Reformasi, demikian tema yang diusung pengajian bulanan, Jum’at (13/05/2016), di PP Muhammadiyah, Menteng, Jakarta. Ada tiga pembicara yang hadir, salah satunya saksi sejarah atau yang lebih dikenal sebagai tokoh reformasi, Amien Rais.
Dalam kehadirannya, Amien sedikit bercerita tentang bagaimana reformasi itu dapat terjadi.
Berikut kisahnya:
“Menjelang reformasi, saya lihat dan katakan, saat itu Presiden tengah mengalami syndrome. Di mana saya lihat ia mengalami syndrome ‘Negara adalah saya’. Dan saya katakan bahwa untuk 32 tahun berkuasa itu sungguh sangat lama. Akhirnya saya berencana membuat suksesi. Suksesi itu pun disambut dan bergulir. Kami akhirnya membuat agendanya. Dan agenda itu kami buat di Universitas Indonesia. Juga termasuk di Yogyakarta sebagai porosnya. Akhirnya kita membawanya dan bertambah kuat lagi.
Saat merencanakan suksesi itu, pemerintahan saat itu risih dengan saya. Lalu delegasi dari negara ditugaskan menemui saya. Pada saat itu kalau tidak salah adalah Kejaksaan Agung. Dan pesan yang masih saya ingat adalah: ‘Pak Amien harus dibawa ke meja bundar’. Saat itu yang diutus ialah Singgih. Ia sangat bijak. Dia ini intelijen. Lalu dikirimlah ia ke Yogyakarta menemui saya di rumah. Ia menunggu jawabannya. Kalau tidak salah pada waktu itu adalah hari Jum’at. Singkat cerita, akhirya saya diminta jangan mengkritik Pak Harto secara total, yang pada saat itu saya menginginkan beliau turun.
Saya pun pernah dipanggil BJ Habibie. Intinya saya diminta mundur dari Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia (ICMI). Habibie berkata, “Saya dapat tugas berat, Pak Amien mundurlah. Kalau bisa keluar juga dari Muhammadiyah. Dan intinya, saya pada saat itu tengah membawa kartu mati, yakni SUKSESI.” (Robi/voa-islam.com)