JAKARTA (voa-islam.com)- Orang atau kelompok yang terlihat memuja Pancasila sebagai pilar bangsa dan negara bisa jadi dikatakan tengah mengalami krisis moral. Hal ini ditandai dengan perjuangannya yang telah nyata justru menginjak-injak substansi dari Pancasila tersebut.
"Salah satu contoh krisis moralita dan nilai-nilai tersebut ditandai oleh maraknya gerakan membela Pancasila. Tapi di saat yang sama para pembela Pancasila tersebut menginjak-injak nilai-nilai yang terkandung di dalam Pancasila," kata Haris Rusly dari Petisi 28, melalui siaran persnya yang didapat voa-islam.com, beberapa waktu lalu.
Misalkan saja mereka atau sebuah kelompok justru terlihat menistakan nilai-niali Ketuhanan yang ada dalam Sila Pertama: Ketuhanan Yang Maha Esa.
"Mereka yang membela Pancasila sambil menginjak-injak nilai-nilai Ketuhanan, kemanusian, persatuan, musyawarah dan keadilan, tentu tak jauh berbeda dengan seorang muslim yang telah mengucapkan dua kalimat syahadat, tapi di saat yang sama masih menyembah berhala."
Selain itu, ia katakan pula yang seakan membela Pancasila tetapi nyatanya untuk kepentingan membenarkan hal-hal yang dilarang.
"Pancasila yang mana yang sedang dibela? Pancasila sebagai nilai-nilai, pedoman dan pandangan hidup atau Pancasila sebagai alat kepentingan untuk membenarkan perampokan, pemerasan dan sebagai topeng untuk menutupi agenda menjual negara kepada korporasi asing dan kepada para taipan."
Itu akan terjadi perpecahan sebuah bangsa. Selain itu, moral yang tidak sehat menjadi indikasinya, dapat pula terjadi lantaran meniadakan kepentingan umum dan lebih memilih kepentingan kelompok, bukan untuk Negara.
"Perlu menjadi catatan kita, selain invasi bangsa asing, wabah penyakit dan bencana alam, yang menjadi penyebab musnahnya sebuah bangsa. Sejarah juga mencatat, tenggelamnya sebuah bangsa juga disebabkan karena runtuhnya moralitas dan nilai-nilai yang menjadi landasan dan pedoman di dalam bangsa tersebut, yang mengubah kebersamaan menjadi mementingkan kepentingan individu dan kelompok (agama, suku dan parpol), mengubah rasa saling percaya menjadi saling curiga, mengubah persatuan jadi perpecahan." (Robi/voa-islam.com)