JAKARTA (voa-islam.com)- Perang saudara tidak akan dapat dielakkan jika ketamakan dan korupsi menjadi legalitas untuk mengelola sebuah negara. Di kemudian hari, jika hal itu dipertahankan maka kan terjadi perpecahan yang sesungguhnya.
"Ditimbunnya ketamakan, korupsi memperkaya diri dan keluarga, ketidakjujuran, ketidakadilan dan ilegalitas dalam mengelola kerajaan atau negara berakibat pada tumbuh suburnya permusuhan dan perpecahan, yang berujung pada perang saudara," kata Haris Rusly dalam siaran persnya yang didapat voa-islam.com, beberapa waktu lalu.
Dalam perpolitikan saat ini, misalnya Indonesia hal demikian dapat terlihat. Mereka ingkar janji dengan janji-janji yang pernah dikatakannya. Ketidakadilan antara rakyat bawah dengan atas juga telah terjadi secara terbuka.
"Dalam proses politik bernegara saat ini, kita secara sengaja dan sadar telah menimbun sebab-sebab kehancuran yang pernah terjadi pada sejarah sebelumnya, yaitu ketamakan, ingkar janji, korupsi memperkaya diri dan keluarga, ketidakadilan, kecurangan, kemunafikan dan ilegalitas dalam bernegara. Akibatnya, benih perang saudara Baratayudha sedang tumbuh subur."
Hukum berbalik pun ia katakan akan terjadi pada pemimpin yang telah mengingkari kepercayaan masyarakat.
"Hukum karma atau hukum sebab akibat akan terjadi pada bangsa dan negara kita. Seperti kata kalimat bijak, 'Siapa menabur angin dia akan menuai badai, apa yang ditabur itulah yang dituai'. Kita akan menuai akibat berupa perang saudara yang akan meruntuhkan bangsa dan negara kita." (Robi/voa-islam.com)