View Full Version
Kamis, 09 Jun 2016

Dulu Bangsa Indonesia Miliki Karakter Kuat Hadapi Asing, Kini Sebaliknya: Kerdil

JAKARTA (voa-islam.com)- Dalam ajaran agama, kekuatan jiwa mendominasi kekuatan fisik saat menghadapi persoalan. Sebut saja dengan jumlah kecilnya pasukan dapat mengalahkan besarnya pasukan (musuh).

"Sebetulnya di dalam kitab-kitab agama juga telah menggambarkan kisah-kisah kemenangan kekuatan jiwa menghadapi kekuatan yang bertumpu semata pada faktor lahiriah. Di dalam Islam, kita sering mendengar pesan dari Imam Ali bin Abu Thalib yang mengatakan, 'Kejahatan yang terorganisasi dapat mengalahkan kebenaran yang tidak terorganisasi.'

Terorganisasi dalam pengertian tersebut bukan semata dari segi lahiriah, fisik, struktural, strategi dan peralatan (alutista). Terorganisasi dalam pengertian tersebuat adalah penyatuan jiwa yang menjadi dasar untuk membentuk energi atau 'forces'," demikian kata Haris Rusly, dalam siaran persnya yang didapat voa-islam.com.

Di dalam al-Quran (2: 249) sangat jelas dikatakan, “...berapa banyak telah terjadi golongan yang sedikit dapat mengalahkan golongan yang banyak dengan izin Allah. Dan Allah beserta orang-orang yang sabar....," kutipnya.

Persis seperti manakala rakyat Indonesia saat itu menghadapi penjajah dengan menggunakan alat seadanya. Namun, dengan balutan jiwa yang bersih, akhirnya kemerdekaan pun diraih.

"Keadaan tentara kita juga bermodal bambu runcing, tidak dilengkapi alat perang (alutista) yang modern sebagaimana yang digunakan oleh penjajah. Menyikapi keterbatasan fisik dan lahiriah tersebut, maka Panglima Besar Jenderal Soedirman  menyampaikan pidatonya yang dahsyat, "....apabila perjuangan kita sudah berdasarkan atas kesucian, maka perjuangan ini pun akan berwujud kekuatan batin melawan kekuatan lahir...."

Rakyat dan para pemimpin bangsa Indonesia ketika itu memang telah mencapai satu tingkatan kualitas kejiwaan yang kuat dan berkatakter, mempunyai perasaan senasib dan sepenanggungan. "Berbeda dengan keadaan Indonesia saat ini, yang secara fisik dan lahiriah terlihat bersatu, dipermudah oleh infrastruktur dan disatukan oleh revolusi digital. Namun, tidak adanya kekuatan dan kesatuan jiwa yang membentuk karakter dan melandasi persatuan bangsa. Jiwa bangsa kita telah menjadi kerdil dan tak berdaya." (Robi/voa-islam.com)


latestnews

View Full Version