JAKARTA (voa-islam.com)- Bangsa Indonesia diprediksi tidak akan sanggup menghadapi tekanan kapitalisme global jika sebagai Negara besar tidak memiliki jiwa, moral, dan karakter yang pasti.
"Ketika kapasitas jiwa dan batin kita telah dilumpuhkan, moral dan karakter juga dihancurkan, maka bangsa kita tak akan sanggup lagi berdiri tegak menahan serangan dari rantai predator kapitalisme global. Dipastikan eksistensi bangsa kita akan tetap menjadi koloni Asing, para pemimpinnya menjadi kacung dan rakyatnya tetap bernasib menjadi budak di atas tanah sendiri," demikian tulis Haris Rusly dalam siaran persnya yang didapat voa-islam.com.
Aktivis dari Petisi 28 melanjutkan, pada tahun 2018, sesuai kesepakatan G-20, dunia akan mulai memasuki tahap tertinggi dari kapitalisme, yaitu kolonialisme finance, yang hadir bertopeng keterbukaan rekening perbankan.
Maka, setelah rakyat kita diperbudak dan sumber daya alam kita dieksploitasi ratusan tahun hingga saat ini, pada tahap berikutnya sumber-sumber keuangan rakyat dan bangsa kita akan dihisap habis melaui digitalisasi financial yang akan diintegrasikan secara global dan berpusat di The Fed USA.
"Karena itu, sebagaimana yang dikatakan oleh Bung Karno di atas, yang sangat dibutuhkan bangsa kita saat ini adalah revolusi karakter bangsa. Jiwa bangsa kita yang ibarat pedang sedang berkarat dan tumpul harus ditempa untuk menemukan kembali kemurnian dan ketajamannya.
Jiwa bangsa kita yang kerdil harus digembleng agar menemukan kembali jati dirinya yang hilang, untuk tujuan menghadapi tantangan dan ancaman dari predator global."
Sebagaimana manusia yang mempunyai jiwa dan kepribadiannya yang dibentuk oleh medan ekosistem tempatnya hidup dan ditempa oleh sejarahnya hidupnya. Demikian juga sebuah bangsa, ia juga mempunyai jiwa dan kepribadian yang dibentuk oleh medan lingkungan dan tempaan sejarah yang pernah dilewatinya.
"Kita dapat saja memindahkan seluruh teori dan ideologi yang tumbuh di Barat untuk menjadi acuan kehidupan bangsa kita. Namun, kita tak akan mampu memindahkan sejarah yang menggembleng, menempa dan membentuk kepribadian bangsa-bangsa di barat. Demikian juga, apakah kita mampu memindahkan ekosistem dan iklim (empat musim) di Barat yang turut menjadi faktor utama yang membentuk watak, jiwa dan kepribadian sebuah bangsa?" (Robi/voa-islam.com)