JAKARTA (voa-islam.com)- Penunjukkan langsung calon Kapolri oleh Presiden Joko Widodo menurut salah satu politisi Indonesia bisa jadi merupakan bentuk ketidakpercayaan kepada adanya Wanjakti ataupun Kompolnas.
"Dengan diajukannya Tito Karnavian membuktikan bahwa Wanjakti Polri dan Kompolnas sudah tidak dipercaya oleh Jokowi sebagai penjaring bakal calon Kapolri. Sebab pengalaman tentang pengusulan Komjen Budi Gunawan yang melalui Wanjakti dan Kompolnas dan disetujui Jokowi membawa blunder besar bagi Jokowi saat itu, walaupun BG adalah korban dari group yang tidak menginginkan BG sebagai Kapolri dengan mengunakan tangan KPK," kata Arief Poyuono, Wakill Ketua Umum partai Gerindra, melalui siaran persnya, beberapa waktu lalu.
Namun demikian, tugas DPR RI sebagai penguji harus detil melihat ini. Terlebih soal buruh yang diperiksa tetapi hingga saat ini ia lihat tidak kunjung ada landasannya. "Atas dasar apa 26 aktivis buruh dilakukan pemeriksaan dan diproses hukum saat aksi Oktober 2015."
Selain itu, hal yang perlu diamati olehnya yakni soal diseretnya nama Tito Karnavian terhadap kasus Labora. Juga termasuk 'Papa Minta Saham', di mana ia diduga temen dekat dari M. Reza. Dan ini pun yang dinilai salah satu indikasi Jokowi menang di Papua, tapi syarat kecurangan.
"Dalam wawancara Tempo, 18 September 2013, Labora menyebutkan Taufik pernah meminta Rp. 600 juta untuk diserahkan kepada Tito. Taufik, kata Labora, akan memakai uang itu untuk memuluskan jalannya menjadi Kepala Polres Kota Sorong."
Sementara kemampuan untuk memimpin institusi Polri, ia akui Tito memang tidak diragukan lagi berbekal pendidikan yang mumpuni. "Jika Tito jujur ya, artinya, berani jujur hebat karena itu modal untuk pemimpin.
Ia pun mengaku bahwa Gerindra akan mengajukan ketiga pertanyaan di atas pada Tito Karnavian nanti melalui perwakilan di DPR. (Robi/voa-islam.com)